Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan RPRKD DKI Jakarta

Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan RPRKD DKI Jakarta

Perubahan iklim merupakan isu yang menuntut perhatian serius dari seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. DKI Jakarta, salah satu kota yang menjadi pusat aktivitas ekonomi menghadapi tantangan besar akibat dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut, cuaca ekstrem, dan peningkatan suhu.

Menyadari urgensi tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menunjukkan komitmennya dalam menghadapi perubahan iklim melalui berbagai kebijakan dan program. Salah satunya adalah dengan menyusun Rencana Pembangunan Rendah Karbon Daerah (RPRKD) yang dipayungi oleh Peraturan Gubernur Nomor 90 Tahun 2021.

RPRKD, upaya DKI Jakarta untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 30% pada tahun 2030 dan menuju net zero emission pada tahun 2050. Inventarisasi GRK menjadi langkah awal dalam penyusunan RPRKD, karena data yang akurat akan menjadi dasar perencanaan program dan aksi mitigasi perubahan iklim.

Inventarisasi GRK: Dasar RPRKD DKI Jakarta

Inventarisasi GRK merupakan proses pengumpulan data dan informasi mengenai sumber emisi GRK di suatu wilayah. Data ini mencakup berbagai sektor, seperti energi, transportasi, industri, limbah, pertanian, dan kehutanan.

Di DKI Jakarta, inventarisasi GRK dilakukan secara berkala untuk memantau perkembangan emisi GRK dan mengevaluasi efektivitas program mitigasi yang telah dijalankan. Data inventarisasi GRK juga digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RPRKD, sehingga program dan aksi mitigasi yang direncanakan dapat tepat sasaran dan efektif dalam menurunkan emisi GRK.

Peraturan Gubernur Nomor 90 Tahun 2021: Payung Hukum RPRKD

RPRKD merupakan langkah strategis DKI Jakarta dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dipayungi oleh Peraturan Gubernur Nomor 90 Tahun 2021, RPRKD mengintegrasikan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ke dalam berbagai sektor pembangunan.

Komitmen DKI Jakarta dalam menangani perubahan iklim telah dimulai sejak tahun 2007 dengan bergabung dalam C40, jaringan kota-kota dunia yang berkomitmen dalam aksi mitigasi perubahan iklim. Pada tahun 2009, dalam COP 15, Jakarta menyatakan komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 30% pada tahun 2030 dan menuju net zero emission pada tahun 2050.

RPRKD DKI Jakarta tidak hanya berfokus pada mitigasi, tetapi juga adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Hal ini tercermin dalam program-program yang direncanakan, seperti pengembangan ruang terbuka hijau (RTH), peningkatan sistem drainase, dan pembangunan infrastruktur tahan bencana.

Implementasi RPRKD: Kolaborasi Multi-Sektor

Implementasi RPRKD melibatkan kolaborasi multi-sektor, baik di tingkat provinsi maupun kota/kabupaten. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membentuk Tim Kerja Mitigasi dan Adaptasi Bencana Iklim (MABI) yang bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan program dan aksi mitigasi serta adaptasi perubahan iklim.

Tim MABI terdiri dari berbagai unsur, seperti pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat. Kolaborasi multi-sektor ini diharapkan dapat memperkuat sinergi dan efektivitas dalam implementasi RPRKD DKI Jakarta.

Penanaman Mangrove: Salah Satu Aksi Nyata Mitigasi Perubahan Iklim

RPRKD DKI Jakarta

Salah satu aksi nyata mitigasi perubahan iklim yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah penanaman mangrove. Mangrove memiliki peran penting dalam menyerap dan menyimpan karbon, sehingga dapat membantu mengurangi emisi GRK.

Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi, habitat bagi berbagai biota laut, dan sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir. Upaya penanaman dan pelestarian mangrove menjadi bagian integral dari RPRKD DKI Jakarta.

Monitoring dan Evaluasi: Menjamin Efektivitas RPRKD DKI Jakarta

Agar implementasi RPRKD berjalan efektif dan mencapai tujuannya, pemantauan dan evaluasi berkala harus dilakukan. Ibarat sebuah perjalanan, kita perlu mengetahui sudah sejauh mana kita melangkah dan apakah kita berada di jalur yang benar. Dalam konteks RPRKD, penurunan emisi GRK menjadi indikator utama keberhasilan. Seberapa jauh upaya kita dalam mengurangi jejak karbon di Jakarta?

Selain itu, peningkatan luas ruang terbuka hijau (RTH) juga menjadi tolok ukur yang penting. RTH tidak hanya mempercantik kota, tetapi juga berperan sebagai paru-paru kota yang menyegarkan udara dan menyerap polusi.

Tak kalah penting, peningkatan kapasitas adaptasi masyarakat terhadap dampak perubahan iklim juga perlu dievaluasi. Masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, mulai dari banjir rob, cuaca ekstrem, hingga kenaikan permukaan air laut.

Hasil pemantauan dan evaluasi ini nantinya akan menjadi cermin bagi kita semua, memberikan gambaran yang jelas tentang kemajuan yang telah dicapai dan tantangan yang masih ada. Dengan demikian, RPRKD dan program-program turunannya dapat terus disempurnakan, disesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan masyarakat Jakarta dalam menghadapi perubahan iklim.

Konsultan Penyusunan Carbon Footprint Product untuk Sektor Industri Margarin

Konsultan Penyusunan Carbon Footprint Product untuk Sektor Industri Margarin

Carbon footprint product dari industri mentega akan sangat diperlukan untuk menjaring pasar nasional maupun internasional. Saat ini margarine dari Indonesia, terutama yang terbuat dari kelapa sawit, telah diekspor ke Nigeria dan negara-negara Afrika Barat lainnya. Mentega menjadi primadona di dapur sebelum ada margarine. Namun, keterbatasan pasokan dan harga yang fluktuatif membuat para ahli makanan mencari alternatif. Margarin pun lahir, hasil inovasi dari minyak nabati yang diproses sedemikian rupa hingga menyerupai mentega. Terbuat dari minyak nabati, margarin memiliki titik leleh yang lebih tinggi, membuatnya lebih stabil pada suhu ruangan.

Emisi yang Dihasilkan Industri Margarin

Industri margarine tidak hanya menghasilkan margarin sebagai produk akhir, tetapi juga berbagai produk turunan seperti shortening, margarin khusus untuk bakery, dan bahan baku untuk produk makanan lainnya. tetapi juga menghasilkan berbagai jenis emisi yang berdampak pada lingkungan.

Emisi gas rumah kaca dari industri margarine berkontribusi pada perubahan iklim, yang berdampak pada peningkatan suhu global, kenaikan permukaan air laut, dan perubahan pola cuaca ekstrem. Selain itu, penggunaan lahan yang luas untuk perkebunan kelapa sawit juga dapat menyebabkan deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan degradasi tanah. Salah satu jenis emisi yang dihasilkan adalah emisi langsung, yaitu karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Selain itu, ada juga emisi tidak langsung yang dihasilkan dari penggunaan energi listrik yang berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Emisi ini tidak terlihat secara langsung, tetapi tetap berkontribusi pada peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu, proses produksi bahan baku seperti budidaya tanaman penghasil minyak nabati juga menghasilkan emisi yang tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, penting bagi industri makanan dan konsumen untuk memahami dampak lingkungan dari proses produksi margarin, penyusunan carbon footprint product dan jejak karbon perusahaan merupakan salah satu solusi tepat terkait hal tersebut.

Perusahaan Sektor Industri Margarin

Beberapa perusahaan margarine besar di Indonesia, seperti

  1. PT Bina Karya Prima
  2. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART)
  3. PT Wilmar Group
  4. PT Salim Ivomas Pratama Tbk
  5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Perusahaan-perusahaan tersebut telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi jejak karbon produk mereka, antara lain mengganti sumber energi fosil dengan energi matahari, biogas, atau yang lainnya, tidak hanya itu perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan energi dan bahan baku serta mengelola limbah produksi secara bertanggung jawab.

Tujuan Carbon Footprint Product

Carbon footprint product adalah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan sepanjang siklus hidup suatu produk, mulai dari ekstraksi bahan baku hingga akhir masa pakainya. Dengan kata lain, carbon footprint product adalah ukuran dampak lingkungan dari suatu produk terhadap perubahan iklim. Sedangkan jejak karbon perusahaan adalah jumlah total emisi GRK yang dihasilkan oleh aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini termasuk emisi dari energi yang digunakan dalam bangunan, proses industri, transportasi, dan lain-lain

Carbon footprint product dan jejak karbon memiliki tujuan yang sama, yaitu mengukur dan mengurangi emisi karbon. Namun, carbon footprint product lebih spesifik pada produk itu sendiri, sedangkan jejak karbon perusahaan lebih luas mencakup seluruh operasi perusahaan. Keduanya penting untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan mengembangkan strategi pengurangan emisi karbon.

Mengapa Industri Margarin Membutuhkan Konsultan Carbon Footprint Product?

Industri margarin membutuhkan konsultan carbon footprint karena berbagai alasan. Konsultan karbon yang berpengalaman seperti Actia dapat membantu perusahaan mengelola risiko iklim dengan mengidentifikasi dan mengurangi risiko bisnis yang terkait dengan perubahan iklim. Disamping itu carbon footprint product meningkatkan reputasi perusahaan dengan menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan, yang sangat penting dalam mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen. Ketiga, memenuhi regulasi lingkungan yang berlaku, seperti peraturan mengenai emisi gas rumah kaca, untuk menghindari sanksi dan menjaga integritas bisnis. Terakhir, membuka peluang pasar baru dengan menarik konsumen yang peduli terhadap lingkungan, sehingga meningkatkan daya saing dan potensi penjualan. Dengan demikian, konsultan karbon menjadi sangat penting dalam mengoptimalkan operasi industri margarin secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan..

Proses Penyusunan Carbon Footprint Product

Proses penyusunan carbon footprint produk merupakan langkah penting dalam mengukur dan mengurangi dampak lingkungan dari suatu produk. Dalam proses ini melibatkan beberapa tahapan salah satunya adalah melakukan Life Cycle Assessment (LCA) atau Penilaian Daur Hidup. LCA melibatkan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua tahapan dalam siklus hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku hingga akhir masa pakainya. Tahapan analisis LCA harus dimulai dengan menentukan tujuan dan ruang lingkup dari penilaian tersebut, yang membantu untuk memahami batasan serta target yang ingin dicapai. Selanjutnya, dilakukan inventarisasi data, di mana semua data terkait bahan baku, energi yang digunakan dan emisi yang dihasilkan. Tahapan berikutnya setelah data dikumpulkan, harus dilakukan perhitungan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh produk tersebut. Klik disini untuk mendapatkan bantuan dari Actia.

 

Jasa Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Industri Margarine

Jasa Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Industri Margarine

Margarine sangat populer di beberapa negara sebagai alternatif dari mentega karena harganya yang lebih terjangkau. Margarine dibuat dari minyak nabati dari berbagai sumber seperti kacang-kacangan, minyak sawit, dan biji-bijian.

Perlu diketahui bahwa industri margarine sama seperti industri lainnya, proses produksi margarine juga berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Bahan baku utama dalam produksi margarine adalah minyak nabati. Minyak ini bisa berasal dari kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, atau rapeseed. Selain itu, bahan tambahan seperti air, garam, dan emulsi juga digunakan untuk mencapai tekstur dan rasa yang diinginkan. Setiap bahan baku memiliki jejak karbon yang berbeda, yang perlu diperhitungkan dalam inventarisasi GRK.

Proses produksi margarine yang tidak dilakukan dengan efisiensi tinggi dan kontrol yang ketat dapat berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca. Jasa inventarisasi gas rumah kaca untuk industri margarine dapat membantu mengidentifikasi dan mengurangi emisi-emosi tersebut.

Bagaimana Margarine Dihasilkan?

Proses pembuatan margarine dimulai dengan pemurnian minyak nabati. Minyak tersebut kemudian diproses melalui hidrogenasi parsial untuk mengubahnya menjadi bentuk padat. Setelah itu, minyak dicampur dengan bahan tambahan dan didinginkan secara bertahap untuk membentuk tekstur margarine yang diinginkan. Proses ini melibatkan penggunaan energi yang dapat berkontribusi pada emisi GRK.

Proses Produksi di Sektor Industri Margarine

Proses produksi margarine dapat berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui beberapa tahapan, antara lain:

  1. Pada fase minyak, minyak dan lemak dipanaskan dan dicampur untuk mendapatkan bobot yang tepat. Proses ini dapat menghasilkan emisi metana dan karbon dioksida (CO2) karena dekomposisi dan pembakaran bahan organik.
  2. Esterifikasi dan Transesterifikasi, proses ini melibatkan reaksi antara asam lemak dan alkohol untuk menghasilkan ester. Esterifikasi dapat menghasilkan emisi CO2 dan metana jika tidak dilakukan dengan kontrol yang ketat.
  3. Pasteurisasi dan Kristalisasi:
    • Pasteurisasi: Proses pemanasan air untuk memastikan kehigienisan produk dapat menghasilkan emisi CO2 dan metana jika tidak dilakukan dengan efisiensi tinggi.
    • Kristalisasi: Proses ini melibatkan pendinginan dan penggumpalan emulsi untuk menghasilkan margarin. Pendinginan yang tidak tepat dapat meningkatkan emisi metana dan CO2.
  4. Proses produksi margarine memerlukan energi untuk pengolahan, pemanasan, dan pendinginan. Penggunaan energi fosil seperti batu bara, minyak, dan gas dapat meningkatkan emisi CO2 dan metana.
  5. Penggunaan Bahan Tambahan seperti pewarna, perasa, dan pengemulsi dapat meningkatkan emisi jika tidak diproses dengan efisiensi tinggi. Contohnya, penggunaan lesitin, monogliserida, dan digliserida dalam proses pengemulsi dapat berkontribusi pada emisi jika tidak dikontrol dengan baik.

Sumber Emisi Gas Rumah Kaca dari Sektor Industri Margarine

Industri margarine menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari beberapa sumber utama. Pertama, penggunaan energi dalam proses pemurnian, hidrogenasi, pencampuran, dan pendinginan memerlukan energi dalam jumlah besar, yang sering kali berasal dari bahan bakar fosil. Kedua, transportasi bahan baku ke pabrik dan produk jadi ke pasar juga menyumbang emisi GRK. Terakhir, proses manufaktur yang melibatkan reaksi kimia dan fisik dapat menghasilkan emisi gas seperti CO2 dan metana. Oleh karena itu, industri margarine memiliki peran signifikan dalam produksi emisi GRK yang perlu dipertimbangkan untuk pengurangan dampak lingkungan.

Dampak Sektor Industri Margarine terhadap Lingkungan

Emisi GRK dari industri margarine dapat berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, penggunaan minyak nabati seperti kelapa sawit dapat menyebabkan deforestasi dan hilangnya habitat bagi satwa liar. Dampak lingkungan ini dapat merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta mempengaruhi kualitas hidup manusia.

Cara Mengurangi Dampak Negatif Sektor Industri Margarine

Untuk mengurangi dampak negatif industri margarine terhadap lingkungan, langkah-langkah berikut dapat diambil:

  1. Efisiensi Energi: Menerapkan teknologi yang lebih efisien dalam penggunaan energi untuk mengurangi emisi GRK.
  2. Sumber Energi Terbarukan: Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin.
  3. Pemilihan Bahan Baku yang Ramah Lingkungan: Menggunakan bahan baku dari sumber yang berkelanjutan dan memiliki jejak karbon rendah.
  4. Pengelolaan Limbah yang Baik: Mengelola limbah industri secara efektif untuk mengurangi emisi dan dampak lingkungan lainnya.
  5. Transportasi: Mengoptimalkan rute transportasi dan menggunakan kendaraan yang lebih efisien untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi.

Bagaimana Actia Dapat Membantu Sektor Industri Margarine Melakukan Inventarisasi GRK?

Actia, sebagai perusahaan konsultan lingkungan yang telah berpengalaman dalam melakukan inventarisasi gas rumah kaca untuk berbagai industri, termasuk industri margarin. Actia dapat membantu industri margarine dalam:

  • Mengidentifikasi Sumber Emisi: Melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi semua sumber emisi GRK dalam proses produksi.
  • Mengukur dan Melaporkan Emisi: Menggunakan metode yang tepat untuk mengukur emisi GRK dan menyediakan laporan yang terperinci.
  • Menyusun Strategi Pengurangan Emisi: Mengembangkan strategi dan rencana aksi untuk mengurangi emisi GRK dan meningkatkan efisiensi energi.

Perusahaan yang Bergerak di Sektor Industri Margarine

  1. PT. Bina Karya Prima
    Produk: Forvita
  2. PT. Sinar Meadow International Indonesia
    Produk: Mother Choice’s
  3. PT. Musim Mas Group
    Produk: Margareta, Voila
  4. PT. Wilmar Nabati Indonesia
    Produk: Sania Margarine
  5. PT. Sungai Budi Group 
    Produk: Rose Brand

Dengan bantuan dari Actia, perusahaan Anda dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi emisi GRK dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Inventarisasi yang akurat dan strategi pengurangan emisi yang efektif merupakan salah satu kunci untuk mencapai keberlanjutan dalam sektor industri margarine. Klik disini untuk berdiskusi!

 

Implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dalam Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dalam Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Nilai ekonomi karbon (NEK) merupakan nilai yang diberikan pada setiap ton karbon yang dikurangi dari emisi gas rumah kaca (GRK). Hal ini menjadi bagian dari upaya pencapaian target kontribusi yang ditetapkan secara nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) dalam rangka mengurangi emisi GRK. Peraturan Presiden No.98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) mengatur mengenai pengelolaan nilai ekonomi karbon dan pengendalian emisi GRK dalam pembangunan nasional.

 

Mekanisme Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK)

Ada 4 mekanisme penyelenggaraan nilai ekonomi karbon, yaitu:

  1. Perdagangan karbon merupakan sebuah mekanisme yang memungkinkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui aktivitas jual-beli. Dalam mekanisme ini, terdapat 2 kelompok, yaitu perdagangan emisi dan offset emisi.
  • Perdagangan emisi: Melibatkan jual-beli izin emisi melalui pasar karbon yang telah diatur dan perdagangan langsung melalui kerjasama bilateral. Dalam perdagangan emisi, entitas atau negara dapat membeli atau menjual izin emisi, yang memberi izin untuk menghasilkan jumlah tertentu emisi GRK. Tujuannya adalah untuk memberikan insentif bagi entitas untuk mengurangi emisi GRK mereka.
  • Offset emisi GRK: Mekanisme offset emisi GRK terdiri dari baseline dan target pengurangan emisi GRK yang harus ditetapkan oleh pelaku perdagangan karbon. Sertifikasi Pengurangan Emisi GRK (SPE GRK) adalah suatu unit yang dapat masuk ke sistem karbon DCC dan perdagangan karbon, baik melalui kerjasama bilateral maupun melalui bursa karbon.
  1. Pembayaran berbasis kinerja: Mekanisme pembayaran berbasis kinerja mengatur pembayaran sesuai dengan kinerja yang telah dicapai dalam mengurangi emisi GRK.
  2. Pungutan atas karbon: Mekanisme yang dikelola oleh Kementerian Keuangan (Menkeu). Mekanisme ini melibatkan pengenaan pajak atau biaya atas emisi karbon yang dihasilkan oleh entitas atau sektor tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan insentif bagi mereka untuk mengurangi emisi karbon mereka dan mendorong transisi ke arah ekonomi yang lebih berkelanjutan dan rendah karbon. Pajak atau biaya karbon yang dikenakan dapat berupa tarif yang diterapkan per unit emisi karbon atau pajak yang diberlakukan pada bahan bakar fosil atau industri tertentu yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi.
  3. Mekanisme lainnya: Mencakup berbagai strategi dan inisiatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi emisi GRK, seperti pengembangan teknologi hijau, insentif pajak untuk energi terbarukan, atau program pengurangan emisi sukarela.

 

Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK)

Penyelenggaraan nilai ekonomi karbon dilaksanakan oleh kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan nilai ekonomi karbon adalah:

  1. Perdagangan karbon:
    • Perdagangan karbon dapat dilakukan melalui perdagangan dalam negeri atau domestik dan internasional.
    • Tata laksana perdagangan karbon, diselenggarakan di sektor NDC dan sub-sektor NDC, dilaksanakan oleh kementerian Lembaga, pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat, serta dapat dijalankan di perdagangan luar negeri dan domestik.
    • Adanya cadangan dan buffer yang harus disiapkan untuk pengurangan emisi dalam bentuk unit yang kita kenal dengan Sertifikasi Pengurangan Emisi GRK (SPE-GRK).
    • Perdagangan karbon bisa dilakukan dengan perdagangan dalam bentuk PT-BAE dan PT BAE-PU dan SPE-GRK. Hal ini ditetapkan oleh masing-masing sektor terkait.
    • Rangkaian dari perdagangan emisi ini sampai untuk menjadikannya SPE, perlu ada asas transparansi dan akuntabilitas yang harus diterapkan, yaitu proses verifikasi dan validasi, yang dilakukan oleh independen yang mempunyai kaedah dan standar yang jelas, baik perusahaan yang diatur oleh standar internasional, atau badan standarisasi nasional.
    • Setelah ada penerbitan SPE, maka akan masuk ke dalam mekanisme berikutnya, yang mungkin bisa dilakukan dengan dua opsi, yaitu kerjasama maupun melalui bursa karbon.
  2. Cap and allowance: Bagaimana cap and allowance diatur melalui PT BAE dan PT BAE-PU yang otorisasinya ada di masing-masing sektor terkait.
  3. Sertifikasi Pengurangan Emisi GRK (SPE GRK): SPE GRK adalah suatu unit yang dapat masuk ke sistem karbon DCC dan perdagangan karbon, baik melalui kerjasama bilateral maupun melalui bursa karbon.

 

Penyelenggaraan nilai ekonomi karbon (NEK) dilakukan dalam rangka pencapaian NDC dan pengendalian emisi GRK. Pemerintah Daerah diharapkan untuk berperan dalam pencapaian target NDC melalui penyelenggaraan adaptasi dan mitigasi. Peraturan Presiden No.98 Tahun 2021 mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk melakukan aksi di daerah serta melakukan pemantauan dan evaluasi sebagian dari pengurangan emisi GRK pada Sektor dan Kegiatan tersebut.

Kementerian ESDM telah meluncurkan Perdagangan Karbon Subsektor Pembangkit Tenaga Listrik, yang merupakan amanat Peraturan Presiden No.98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon di subsektor pembangkit tenaga listrik. Perdagangan karbon ini akan dilaksanakan dalam tahap mandatori pada tahun 2023, dan diharapkan dapat mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sebesar 155 juta ton CO2e di tahun.

 

 

Jasa Konsultan Penyusunan Climate-Related Disclosures berdasar ISSB Standards Sektor Industri Gypsum

Jasa Konsultan Penyusunan Climate-Related Disclosures berdasar ISSB Standards Sektor Industri Gypsum

Perubahan iklim telah menjadi isu global yang semakin mendesak harus ditangani. Dampak dari perubahan iklim tidak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga oleh industri dan ekonomi. Dalam upaya untuk mengatasi tantangan ini, International Sustainability Standards Board (ISSB) telah mengembangkan standar pengungkapan terkait iklim yang dirancang untuk membantu perusahaan mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko serta peluang yang terkait dengan perubahan iklim. Standar ini dikenal sebagai Climate-Related Disclosures berdasarkan ISSB Standards.

Climate-Related Disclosures Berdasar ISSB Standards

Climate-Related Disclosures atau pengungkapan informasi iklim adalah proses pelaporan informasi yang berkaitan dengan dampak iklim terhadap perusahaan dan sebaliknya. International Sustainability Standards Board (ISSB) telah mengembangkan standar yang membantu perusahaan dalam menyusun laporan yang transparan dan akurat terkait isu iklim. Standar ini mencakup berbagai aspek seperti risiko dan peluang iklim, strategi perusahaan dalam menghadapi perubahan iklim, serta dampak finansial dari isu iklim tersebut.

Tujuan Climate-Related Disclosures Berdasarkan ISSB Standards

Tujuan utama dari Climate-Related Disclosures berdasarkan ISSB Standards adalah untuk memberikan transparansi kepada para pemangku kepentingan mengenai bagaimana perusahaan mengelola risiko dan peluang terkait iklim. Standar ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi yang disampaikan oleh perusahaan kepada investor, sehingga mereka dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik. Selain itu, pengungkapan ini membantu perusahaan dalam merancang strategi yang lebih berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim.

Industri Gypsum

Industri ini pertama kali berkembang di Indonesia seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan material bangunan yang efisien dan ramah lingkungan. Gypsum menjadi salah satu pilihan utama karena sifatnya yang mudah dibentuk dan memiliki daya tahan yang baik.

Industri ini mencakup pembuatan barang dari gips yang digunakan dalam konstruksi. Produk-produk dari gypsum seperti papan, lembaran, dan panel sering digunakan dalam pembangunan gedung dan infrastruktur lainnya. Selain itu, industri ini juga mencakup pembuatan bahan bangunan dari substansi tumbuh-tumbuhan yang disatukan plester gips, seperti wol kayu, alang-alang, jerami, dan lain-lain.

Industri gypsum telah menjadi bagian penting dalam konstruksi bangunan selama beberapa dekade. Perubahan iklim dan dampaknya terhadap planet ini telah mendorong berbagai sektor industri, termasuk industri gypsum. Dianggap sebagai salah satu sektor yang berpotensi menghasilkan emisi dituntut untuk lebih memperhatikan peraturan, termasuk terkait Climate-Related Disclosures (CRD).

Proses Produksi Industr Gypsum

Proses produksi gypsum dimulai dari penambangan bahan baku gypsum dari alam. Setelah bahan baku diperoleh, langkah berikutnya adalah penghancuran dan pemurnian untuk mendapatkan gypsum berkualitas tinggi. Proses ini melibatkan beberapa tahapan seperti penggilingan, pemanasan, dan pencampuran dengan bahan lain untuk memperoleh produk akhir yang siap digunakan dalam konstruksi.

Beberapa produk yang dihasilkan oleh industri gypsum antara lain:

  • Papan Gypsum: Digunakan untuk dinding interior dan plafon.
  • Lembaran Gypsum: Digunakan dalam pembangunan partisi dan pelapis dinding.
  • Panel Gypsum: Digunakan dalam berbagai aplikasi konstruksi seperti pelapis lantai dan dinding eksternal.

Dampak Industri Gypsum terhadap Lingkungan dan Iklim

Industri gypsum memiliki beberapa dampak terhadap lingkungan dan iklim. Proses penambangan dan produksi gypsum dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca serta limbah industri yang dapat mencemari lingkungan. Selain itu, penggunaan energi dalam proses produksi juga berkontribusi terhadap peningkatan jejak karbon perusahaan.

Pengungkapan Informasi Iklim Berdasar ISSB dan Hubungannya dengan Industri Gypsum

Pengungkapan informasi iklim berdasar ISSB sangat relevan bagi industri gypsum. Melalui pengungkapan ini, perusahaan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak iklim dari operasional mereka serta strategi yang diterapkan untuk mengurangi dampak tersebut. Hal ini tidak hanya penting untuk mematuhi peraturan yang berlaku, tetapi juga untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan.

Mengatasi Dampak Lingkungan dari Industri Gypsum

Untuk mengatasi dampak lingkungan dari industri gypsum, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Penggunaan teknologi ramah lingkungan: Mengadopsi teknologi yang lebih efisien dan memiliki emisi rendah.
  • Recycling: Menggunakan kembali limbah gypsum untuk mengurangi jumlah limbah yang dibuang.
  • Konservasi energi: Meningkatkan efisiensi energi dalam proses produksi untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon.

5 Perusahaan di Sektor Industri Gypsum di Indonesia

Beberapa perusahaan yang bergerak di sektor industri gypsum di Indonesia antara lain:

  1. PT Knauf Plasterboard Indonesia: Produksi papan gypsum.
  2. PT Jayaboard: Produksi papan dan lembaran gypsum.
  3. PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia: Produksi panel dan lembaran gypsum.
  4. PT Sinar Jaya Plasterboard: Produksi lembaran dan papan gypsum.
  5. PT Wahana Global: Produksi berbagai produk gypsum untuk kebutuhan konstruksi.

Bagaimana Actia Dapat Membantu Penyusunan Climate-Related Disclosures Berdasarkan ISSB Standards Sektor Industri Gypsum

Actia sebagai perusahaan konsultan lingkungan dapat membantu perusahaan dalam penyusunan Climate-Related Disclosures berdasar ISSB Standards di sektor industri gypsum dengan beberapa cara:

  1. Konsultasi dan Pelatihan: Memberikan konsultasi dan pelatihan terkait penyusunan laporan CRD yang sesuai dengan standar ISSB.
  2. Penilaian Risiko dan Peluang Iklim: Membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan menilai risiko serta peluang yang berkaitan dengan perubahan iklim.
  3. Strategi Pengurangan Dampak Iklim: Membantu dalam merancang dan mengimplementasikan strategi untuk mengurangi dampak iklim dari operasional perusahaan.
  4. Penyusunan Laporan: Membantu dalam menyusun laporan CRD yang sesuai dengan standar ISSB.

Dengan bantuan dari Actia, perusahaan di sektor industri gypsum dapat lebih mudah memenuhi ketaatan peraturan, meningkatkan transparansi, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata publik. Klik di sini dan dapatkan bantuan menyusun Climate-Related Disclosures Berdasarkan ISSB Standards!

Konsultan Penyusun Science Based Targets Initiative (SBTi) Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Konsultan Penyusun Science Based Targets Initiative (SBTi) Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Perubahan iklim yang terjadi saat ini dapat kita rasakan dampaknya, menuntut industri dan para pelaku usaha harus bergerak cepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan target pengurangan emisi yang berbasis ilmu pengetahuan melalui Science Based Targets Initiative (SBTi). Di sini, kita akan membahas tentang industri barang dari gips untuk konstruksi, proses kegiatan industri ini, contoh produk, sumber emisi GRK, fungsi dan keuntungan memiliki SBTi, serta contoh perusahaan yang bergerak di sektor ini.

 

Science Based Targets Initiative (SBTi) untuk Industri di Indonesia

SBTi adalah kerangka kerja yang membantu perusahaan menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca yang berbasis pada sains, selaras dengan tujuan Perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5°C.

Science Based Targets Initiative (SBTi) memberikan panduan bagi industri untuk menetapkan target pengurangan emisi yang ambisius dan berbasis ilmiah. Bagi industri barang dari gips untuk konstruksi, SBTi membantu dalam mengidentifikasi area-area kritis dimana emisi dapat dikurangi secara signifikan. Dengan menetapkan target ini, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada upaya global untuk memerangi perubahan iklim, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing mereka di pasar.

 

Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Industri dengan kode KBLI 23954 mencakup pembuatan barang dari gips yang digunakan dalam konstruksi, seperti papan, lembaran, panel, dan lain-lain. Selain itu, kelompok ini juga mencakup industri bahan bangunan dari substansi tumbuh-tumbuhan seperti wol kayu, alang-alang, jerami, yang disatukan dengan plester gips. Produk-produk ini digunakan secara luas dalam konstruksi bangunan, baik untuk keperluan struktural maupun dekoratif.

 

Proses Produksi Barang dari Gips untuk Konstruksi

Proses produksi barang dari gips melibatkan beberapa tahapan utama:

  1. Penambangan Gips: Bahan baku gips diperoleh dari tambang gips yang terletak di berbagai wilayah.
  2. Penghancuran dan Penggilingan: Gips mentah dihancurkan dan digiling untuk menghasilkan bubuk gips dengan ukuran partikel yang sesuai.
  3. Pemanasan (Kalsinasi): Bubuk gips kemudian dipanaskan pada suhu tinggi untuk mengurangi kandungan air dan mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil.
  4. Pencampuran dan Pembentukan: Bubuk gips yang telah dikalsinasi dicampur dengan air dan bahan tambahan lainnya untuk membentuk adonan. Adonan ini kemudian dicetak menjadi berbagai bentuk seperti papan, lembaran, dan panel.
  5. Pengeringan dan Pengerasan: Produk yang telah dicetak dikeringkan dan dikeraskan untuk mencapai kekuatan dan stabilitas yang diinginkan.
  6. Finishing: Produk akhir diberi finishing sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan, seperti pemotongan, pelapisan, atau pengecatan.

 

Contoh Produk dan Kegunaannya

Beberapa produk yang dihasilkan oleh industri barang dari gips untuk konstruksi meliputi:

  • Papan Gipsum: Digunakan untuk dinding dan langit-langit interior.
  • Panel Gipsum: Digunakan untuk partisi ruangan dan plafon.
  • Gipsum Blok: Digunakan untuk dinding non-struktural.
  • Dekorasi Gipsum: Digunakan untuk elemen dekoratif seperti cornice dan medali.

Produk-produk ini digunakan karena sifatnya yang mudah dibentuk, ringan, tahan api, dan memiliki insulasi suara yang baik.

 

Sumber Emisi Gas Rumah Kaca dari Industri Barang Gips untuk Konstruksi

Industri barang dari gips untuk konstruksi merupakan salah satu industri yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Emisi ini berasal dari berbagai tahapan produksi hingga distribusi. Berikut penjelasan mengenai contoh sumber emisi gas rumah kaca (GRK) dalam industri ini:

  1. Penambangan: Penambangan bahan baku gips biasanya memerlukan penggunaan alat berat yang menggunakan bahan bakar fosil.
  2. Penghalusan (Crusher): Proses penghalusan batu gips menjadi bubuk gips memerlukan energi yang cukup besar. Mesin crusher yang digunakan biasanya beroperasi dengan tenaga listrik, yang sumber listriknya seringkali berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
  3. Kalsinasi: Kalsinasi adalah proses pemanasan gips untuk menghilangkan air dan mengubahnya menjadi kalsium sulfat hemihidrat. Proses ini membutuhkan energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara, gas, berpotensi menghasilkan emisi CO2.
  4. Pengeringan: Setelah proses kalsinasi, bubuk gips perlu dikeringkan untuk mengurangi kadar air. Proses pengeringan ini juga memerlukan alat dan energi tambahan yang dapat menghasilkan emisi. Misalnya penggunaan oven pengering yang menggunakan bahan bakar fosil atau listrik dari sumber non-renewable berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.
  5. Pemotongan: Proses pemotongan produk akhir gips menjadi ukuran yang diinginkan juga memerlukan energi, biasanya dalam bentuk listrik. Penggunaan mesin pemotong yang efisien energi dapat mengurangi emisi, namun jika sumber listriknya berasal dari fosil, tetap akan menghasilkan emisi CO2.
  6. Transportasi dan Distribusi: Transportasi bahan baku dari lokasi penambangan ke pabrik maupun distribusi barang jadi dari pabrik ke lokasi konstruks juga menghasilkan emisi gas rumah kaca.

 

Cara Mengatasi atau Mengurangi Dampak Negatif Terhadap Lingkungan

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif industri gipsum terhadap lingkungan:

  1. Penggunaan Energi Terbarukan: Mengganti sumber energi fosil dengan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin.
  2. Efisiensi Energi: Meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses produksi.
  3. Teknologi Ramah Lingkungan: Mengadopsi teknologi yang lebih bersih dan ramah lingkungan dalam proses produksi.
  4. Manajemen Limbah: Mengelola limbah produksi dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
  5. Transportasi Ramah Lingkungan: Menggunakan kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk transportasi bahan baku dan produk.

 

Keuntungan Memiliki Science Based Targets Initiative (SBTi) untuk Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Manfaat dari memiliki SBTi dalam industri barang dari gips untuk konstruksi meliputi:

  1. Memperkuat Citra Perusahaan: Menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata pelanggan, investor, dan pemangku kepentingan lainnya.
  2. Mematuhi Peraturan: Membantu perusahaan mematuhi peraturan lingkungan yang semakin ketat dan mengurangi risiko terkena sanksi.
  3. Efisiensi Operasional: Mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik efisiensi energi yang dapat mengurangi biaya operasional.

 

Perusahaan di Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Berikut adalah beberapa perusahaan yang bergerak di sektor industri barang dari gips untuk konstruksi:

  1. PT. Knauf Plasterboard Indonesia: Memproduksi papan gipsum, lembaran gipsum, dan aksesori terkait.
  2. PT Siam-Indo Gypsum Industry: Menghasilkan papan gipsum untuk dinding dan langit-langit.
  3. PT Aplus Pacific: Memproduksi papan gipsum dan bahan bangunan lainnya.
  4. PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia: Memproduksi sistem plafon dan dinding dari gipsum.
  5. PT Holcim Indonesia: Memproduksi barang dari gips. Gips digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan semen, dan dicampur dengan klinker pada penggilingan akhir

 

Menyusun Science Based Targets Initiative (SBTi) Bersama Actia

Actia dapat membantu industri gipsum dalam menyusun dan mengimplementasikan Science Based Targets Initiative (SBTi) melalui berbagai layanan:

  1. Analisis Baseline Emisi: Mengidentifikasi dan menghitung emisi GRK saat ini dari seluruh operasi perusahaan.
  2. Penetapan Target: Membantu perusahaan menetapkan target pengurangan emisi yang sesuai dengan standar SBTi.
  3. Pengembangan Strategi: Merancang strategi dan rencana aksi untuk mencapai target pengurangan emisi.
  4. Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas: Memberikan pelatihan dan pengembangan kapasitas kepada staf perusahaan untuk memastikan keberhasilan implementasi SBTi.
  5. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala untuk memastikan bahwa perusahaan tetap berada di jalur yang benar dalam mencapai target mereka.
  6. Laporan dan Komunikasi: Membantu perusahaan dalam menyusun laporan kemajuan dan berkomunikasi dengan stakeholder mengenai upaya keberlanjutan mereka.

 

Fungsi Science Based Targets Initiative (SBTi) untuk Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

  1. Menetapkan Target Pengurangan Emisi: Membantu perusahaan menetapkan target pengurangan emisi yang berbasis sains dan konsisten
  2. Menyediakan Panduan Teknis: Memberikan panduan teknis mengenai cara mengukur, melaporkan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
  3. Validasi Target: Memastikan bahwa target yang ditetapkan perusahaan telah divalidasi dan sesuai dengan metodologi SBTi.
  4. Memastikan Ketaatan Peraturan: Dengan mengikuti panduan SBTi, perusahaan dapat memastikan bahwa mereka mematuhi peraturan lingkungan yang semakin ketat.
  5. Meningkatkan Citra Perusahaan: Memiliki target yang diakui oleh SBTi dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata konsumen dan investor yang peduli lingkungan.
  6. Mengurangi Risiko: Dengan mengelola emisi secara proaktif, perusahaan dapat mengurangi risiko terkait perubahan iklim, seperti risiko regulasi dan risiko reputasi.

 

Apakah perusahaan Anda merupakan industri barang dari gipsum dan membutuhkan bantuan untuk menyusun Science Based Targets Initiative (SBTi)? Klik di sini, Actia siap membantu.

 

Jasa Pendampingan Pencapaian Net Zero Emission (NZE) Sektor Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

Jasa Pendampingan Pencapaian Net Zero Emission (NZE) Sektor Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

Industri minyak goreng kelapa sawit merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Selain menyumbang terhadap devisa negara, industri ini juga menyediakan lapangan kerja bagi jutaan masyarakat. Namun, di balik manfaat ekonominya, industri minyak goreng kelapa sawit juga menimbulkan tantangan lingkungan yang serius, termasuk emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim global.

Sejarah Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit di Indonesia

Industri minyak kelapa sawit mulai berkembang di Indonesia pada awal abad ke-20. Pada awalnya, tanaman kelapa sawit diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai tanaman perkebunan. Seiring berjalannya waktu, industri ini berkembang pesat dan menjadi salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Hingga kini, Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, dengan luas lahan perkebunan mencapai jutaan hektar.

Dampak Lingkungan dari Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

Meskipun memberikan manfaat ekonomi, industri minyak kelapa sawit juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit sering kali dilakukan dengan praktik pembakaran hutan, yang mengakibatkan deforestasi dan hilangnya keanekaragaman hayati. Selain itu, praktik ini juga menyebabkan emisi gas rumah kaca yang signifikan.

  • Deforestasi: Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit sering kali melibatkan penebangan hutan yang menyebabkan hilangnya habitat flora dan fauna.
  • Emisi Gas Rumah Kaca: Proses produksi minyak kelapa sawit menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4).
  • Degradasi Tanah: Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam perkebunan kelapa sawit dapat menyebabkan degradasi tanah dan pencemaran air.
  • Kebakaran Hutan: Praktik pembakaran lahan untuk membuka perkebunan sering kali mengakibatkan kebakaran hutan yang tidak terkendali.

Target Net Zero Emission (NZE) dan Hubungannya dengan Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

Dalam beberapa dekade terakhir, isu lingkungan menjadi perhatian utama di seluruh dunia. Salah satu sektor yang sering menjadi sorotan adalah industri minyak goreng kelapa sawit. Industri ini banyak dikritik karena dampaknya terhadap lingkungan, terutama terkait dengan emisi gas rumah kaca dan deforestasi. Namun, dengan adanya inisiatif Net Zero Emission (NZE), industri minyak goreng kelapa sawit di Indonesia memiliki peluang untuk berkontribusi terhadap upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.

Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai NZE pada tahun 2060. Untuk mencapai target ini, sektor industri, termasuk industri minyak kelapa sawit, perlu melakukan berbagai upaya untuk mengurangi emisi.

  • Skala Global: Berdasarkan Perjanjian Paris, negara-negara di dunia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca agar peningkatan suhu global tidak melebihi 1,5 derajat Celsius.
  • Skala Nasional: Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29% hingga 41% pada tahun 2030 dengan bantuan internasional.

Proses Kegiatan Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

Proses produksi minyak goreng kelapa sawit yang berpotensi menghasilkan emisi dan merusak lingkungan melibatkan beberapa tahapan berikut:

  1. Penanaman:
    • Pembukaan Lahan: Proses ini sering melibatkan deforestasi dan penghancuran habitat alami, yang dapat menyebabkan hilangnya biodiversitas dan kerusakan ekosistem.
    • Penanaman Bibit: Penggunaan benih kelapa sawit yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanah dan meningkatkan kebutuhan pupuk dan pestisida.
  2. Pemeliharaan:
    • Pemberian Pupuk: Penggunaan pupuk sintetis dapat mengkontaminasi tanah dan air, serta berpotensi merusak mikrobiota tanah.
    • Pengendalian Hama: Penggunaan pestisida kimia dapat berdampak negatif pada ekosistem dan kesehatan manusia.
  3. Pemanenan:
    • Penggunaan Mesin: Mesin-mesin yang digunakan dalam pemanenan dapat menghasilkan suara bising dan emisi gas, serta memerlukan energi yang berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca.
  4. Pengolahan:
    • Penggunaan Mesin dan Energi: Proses pengolahan minyak kelapa sawit memerlukan energi yang besar, yang sering kali berasal dari bahan bakar fosil dan dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca.
    • Penggunaan Bahan Kimia: Penggunaan bahan kimia dalam proses pengolahan dapat menghasilkan limbah beracun dan berpotensi merusak lingkungan.
  5. Rafinasi:
    • Penggunaan Energi dan Bahan Kimia: Rafinasi minyak kelapa sawit juga memerlukan energi dan bahan kimia yang dapat menghasilkan emisi dan limbah beracun.

Emisi yang Dihasilkan dan Harus Dikurangi

  • Karbon Dioksida (CO2): Dihasilkan dari pembakaran lahan dan proses pengolahan.
  • Metana (CH4): Dihasilkan dari limbah cair pabrik kelapa sawit (POME).
  • Nitrogen Oksida (N2O): Dihasilkan dari penggunaan pupuk nitrogen.

Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan sebagai minyak goreng, tetapi juga memiliki berbagai produk turunan yang dapat dikonsumsi, seperti:

  • Margarin
  • Shortening
  • Minyak goreng
  • Bahan baku untuk industri makanan dan minuman

Langkah Menuju Net Zero Emission untuk Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

Untuk mencapai NZE, industri minyak kelapa sawit perlu melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Pengelolaan Lahan Berkelanjutan: Menggunakan praktik pertanian yang ramah lingkungan untuk mengurangi deforestasi.
  2. Peningkatan Efisiensi Energi: Meningkatkan efisiensi proses produksi untuk mengurangi konsumsi energi.
  3. Pengelolaan Limbah: Mengelola limbah pabrik secara efisien untuk mengurangi emisi metana.
  4. Penggunaan Energi Terbarukan: Menggunakan sumber energi terbarukan seperti biogas dan biomassa.
  5. Konservasi Hutan: Melakukan konservasi hutan dan rehabilitasi lahan kritis.

Perlukah Jasa Pendampingan Pencapaian Net Zero Emission?

Industri minyak kelapa sawit sangat memerlukan pendampingan untuk mencapai NZE. Actia Climate menyediakan jasa pendampingan yang meliputi:

  • Audit Lingkungan: Melakukan evaluasi terhadap praktik pengelolaan lingkungan di perusahaan.
  • Strategi Pengurangan Emisi: Membantu perusahaan merancang strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
  • Pelatihan dan Penyuluhan: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang praktik berkelanjutan.
  • Monitoring dan Evaluasi: Memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan perusahaan secara berkala.

Perusahaan yang Bergerak di Sektor Industi Minyak Goreng Kelapa Sawit

Berikut adalah 5 perusahaan yang berupaya mencapai NZE dan langkah-langkah yang mereka lakukan:

  1. Wilmar International: Menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam proses produksi.
  2. Golden Agri-Resources: Mengimplementasikan praktik pertanian berkelanjutan.
  3. Musim Mas: Menggunakan energi terbarukan dalam operasional pabrik.
  4. Astra Agro Lestari: Mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya.
  5. PT Tunas Baru Lampung: Mengolah Palm Oil Mill Effluent (POME) untuk menghasilkan gas metan yang dapat digunakan sebagai energi alternatif

Industri minyak kelapa sawit memang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, namun juga menimbulkan beberapa masalah lingkungan yang serius. Dengan target Net Zero Emission pada tahun 2060, industri ini perlu melakukan berbagai upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Actia Climate siap mendampingi perusahaan dalam mencapai NZE melalui berbagai layanan yang kami tawarkan. Klik Disini untuk berkonsultasi!

 

Jasa Penyusunan Carbon Footprint Product untuk Sektor Industri Penyempurnaan Kain

Jasa Penyusunan Carbon Footprint Product untuk Sektor Industri Penyempurnaan Kain

Industri Penyempurnaan Kain

Industri penyempurnaan kain, menjadi bagian dari sektor industri tekstil dengan fokus yang berbeda. Jika industri tekstil biasa berfokus pada produksi kain dari bahan mentah, industri penyempurnaan kain lebih fokus pada proses pemberian finishing atau penyempurnaan pada kain setelah proses produksi dasar. Proses ini meliputi penggunaan bahan kimia, perawatan, dan pengolahan untuk meningkatkan sifat kain, seperti kekuatan, kelembaban, dan tampilan.

Perbedaan Industri Penyempurnaan Kain dengan Industri Tekstil Biasa

  1. Proses Produksi: Industri tekstil biasa berfokus pada pembuatan kain dari bahan mentah seperti kapas atau serat sintetis, sementara industri penyempurnaan kain lebih berfokus pada proses akhir seperti pewarnaan, pencetakan, dan pelapisan.
  2. Teknologi yang Digunakan: Industri penyempurnaan kain menggunakan teknologi canggih untuk memastikan hasil akhir yang berkualitas tinggi, sementara industri tekstil lebih banyak menggunakan mesin tenun dan pemintal.
  3. Nilai Tambah: Industri penyempurnaan kain memberikan nilai tambah yang lebih tinggi pada produk akhir dibandingkan dengan industri tekstil biasa.
  4. Bahan Kimia: Penggunaan bahan kimia dalam industri penyempurnaan kain lebih kompleks dan memerlukan penanganan yang lebih hati-hati.
  5. Pasar Sasaran: Industri penyempurnaan kain lebih banyak menyasar pasar premium yang menginginkan produk dengan kualitas lebih baik dan estetika tinggi.

6 Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia

  1. PT Sritex: Salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang juga memiliki divisi penyempurnaan kain.
  2. PT Pan Brothers Tbk: Perusahaan yang terkenal dengan produk tekstil berkualitas tinggi dan penyempurnaan kain untuk pasar ekspor.
  3. PT Indonesia Taroko Textile: Fokus pada penyempurnaan kain dengan teknologi canggih dan ramah lingkungan.
  4. PT Kahatex: Mengkombinasikan produksi tekstil dan penyempurnaan kain dalam satu atap.
  5. PT. Embroitex Jaya: Produsen kain bordir yang menggunakan mesin bordir tegak (Schiffli Embroidery) dan memiliki 11 unit mesin bordir merk Saurer Epoca dan Lasser buatan Swiss. Anak perusahaannya yaitu CV Indradhanu fokus pada sektor industri penyempurnaan kain
  6. PT Argo Pantes: Spesialis dalam penyempurnaan kain dengan teknologi modern untuk pasar lokal dan internasional.

Cara Mengurangi Jejak Karbon Produk dalam Industri Penyempurnaan Kain

  1. Penggunaan Energi Terbarukan: Mengganti sumber energi fosil dengan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin.
  2. Efisiensi Energi: Mengoptimalkan proses produksi untuk mengurangi konsumsi energi.
  3. Pengelolaan Limbah: Mengelola limbah produksi dengan lebih baik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
  4. Penggunaan Bahan Kimia Ramah Lingkungan: Mengganti bahan kimia berbahaya dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
  5. Inovasi Teknologi: Mengadopsi teknologi baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Apa Itu Carbon Footprint Product dan Fungsinya

Carbon Footprint Product adalah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh suatu produk selama siklus hidupnya, mulai dari bahan mentah hingga pembuangan. Fungsi dari Carbon Footprint Product adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang seberapa besar dampak lingkungan dari produk tersebut, sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi dan langkah-langkah yang tepat untuk menguranginya.

Mengapa Industri Penyempurnaan Kain Memerlukan Jasa Penyusunan Carbon Footprint Product

  1. Mematuhi Peraturan: Banyak negara dan organisasi internasional yang mengatur emisi gas rumah kaca, sehingga perusahaan perlu memastikan bahwa mereka mematuhi regulasi tersebut.
  2. Tuntutan Pasar: Konsumen semakin sadar akan dampak lingkungan dari produk yang mereka beli dan cenderung memilih produk yang memiliki jejak karbon rendah. Selain itu, perusahaan yang dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki jejak karbon yang rendah akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar.
  3. Efisiensi Operasional: Dengan mengetahui jejak karbon dari setiap tahap produksi, perusahaan dapat menemukan cara untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.

Cara Penyusunan Carbon Footprint Product untuk Sektor Industri Penyempurnaan Kain

  1. Pengumpulan Data: Mengumpulkan data dari seluruh proses produksi, mulai dari bahan mentah hingga produk akhir.
    • Inventarisasi Emisi: Mengidentifikasi sumber emisi dari setiap tahap produksi.
    • Penggunaan Energi: Mendata konsumsi energi dari setiap mesin dan proses.
    • Bahan Kimia: Mendata jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan.
  2. Analisis Data: Menggunakan perangkat lunak khusus untuk menganalisis data dan menghitung total emisi gas rumah kaca.
  3. Identifikasi Peluang Pengurangan Emisi: Mengidentifikasi area-area di mana emisi dapat dikurangi.
    • Optimasi Proses: Mengubah proses produksi untuk mengurangi konsumsi energi dan bahan kimia.
    • Teknologi Baru: Mengadopsi teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
  4. Implementasi Perubahan: Menerapkan perubahan yang telah diidentifikasi untuk mengurangi jejak karbon.
  5. Monitoring dan Evaluasi: Secara berkala memonitor dan mengevaluasi hasil dari perubahan yang telah diterapkan.
    • Audit Internal: Melakukan audit internal untuk memastikan bahwa perubahan diterapkan dengan benar.
    • Laporan Berkala: Menyusun laporan berkala untuk menilai efektivitas dari perubahan yang telah diterapkan.

Apa Saja yang Dibutuhkan untuk Penyusunan Carbon Footprint Product

  1. Tim Ahli: Tim yang terlatih dalam pengumpulan dan analisis data emisi.
  2. Perangkat Lunak Khusus: Perangkat lunak untuk analisis data dan perhitungan emisi.
  3. Data Produksi: Data lengkap dari seluruh proses produksi.
  4. Data Bahan Mentah: Berkomunikasi dengan pemasok bahan mentah untuk mendapatkan data yang akurat.
  5. Dukungan Manajemen: Dukungan dari manajemen untuk penerapan strategi yang diperlukan.

Actia dapat membantu memenuhi kebutuhan perusahaan Anda.elain memiliki alat kalkulator karbon sendiri, tim dari Actia telah berpengalaman dalam penyusunan Carbon Footprint untuk berbagai industri, terutama industi penyempurnaan kain. Dengan Jasa Penyusunan Carbon Footprint Product dari Actia, perusahaan Anda akan mendapatkan bantuan dan solusi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Klik Disini untuk informasi lebih lanjut!

 

Cara Efektif Mengurangi Jejak Karbon dengan Kalkulator Karbon Actia

Cara Efektif Mengurangi Jejak Karbon dengan Kalkulator Karbon Actia

Kalkulator Karbon – Dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim, banyak individu dan perusahaan mencari cara untuk mengurangi jejak karbon mereka. Salah satu alat yang efektif dan populer untuk mencapai tujuan ini adalah Kalkulator Karbon. Artikel ini akan membahas cara efektif mengurangi jejak karbon menggunakan Kalkulator Karbon Actia yang dikembangkan oleh PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA. Fokus artikel ini akan menyoroti fungsi dan manfaat dari Kalkulator Jejak Karbon ini serta memberikan panduan praktis untuk penggunaannya.

Apa itu Kalkulator Karbon?

Kalkulator Karbon adalah alat yang dirancang untuk mengukur jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia, seperti penggunaan energi, transportasi, dan konsumsi produk. Dengan menghitung jejak karbon, individu dan organisasi dapat memahami dampak lingkungan dari kegiatan mereka dan mengambil langkah-langkah konkret untuk menguranginya.

Kalkulator Karbon
Kalkulator Karbon

Fungsi Utama Kalkulator Karbon Actia

PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA telah mengembangkan Kalkulator Karbon yang dirancang khusus untuk memberikan solusi praktis dan efektif dalam mengelola jejak karbon. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari Kalkulator Jejak Karbon Actia:

  1. Pengukuran Emisi yang Akurat: Kalkulator Karbon Actia menggunakan data yang diperbarui secara berkala untuk memberikan estimasi yang akurat tentang emisi karbon dari berbagai sumber. Alat ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti konsumsi energi listrik, bahan bakar kendaraan, dan pemakaian produk sehari-hari.
  2. Analisis Aktivitas Harian: Pengguna dapat memasukkan detail aktivitas harian mereka, seperti penggunaan transportasi umum atau pribadi, konsumsi makanan, dan penggunaan listrik. Kalkulator ini akan menganalisis data tersebut untuk memberikan gambaran lengkap tentang jejak karbon harian.
  3. Rekomendasi Pengurangan Emisi: Setelah menghitung jejak karbon, Kalkulator Karbon Actia memberikan rekomendasi yang spesifik dan dapat diimplementasikan untuk mengurangi emisi. Rekomendasi ini mencakup langkah-langkah seperti beralih ke sumber energi terbarukan, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, dan meningkatkan efisiensi energi di rumah atau kantor.
  4. Pelaporan dan Monitoring: Kalkulator ini dilengkapi dengan fitur pelaporan yang memungkinkan pengguna untuk memantau perkembangan pengurangan jejak karbon mereka dari waktu ke waktu. Pengguna dapat melihat perubahan emisi mereka, mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, dan menetapkan target pengurangan yang lebih ambisius.
  5. Edukasi dan Kesadaran: Selain alat pengukur, Kalkulator Karbon Actia juga berfungsi sebagai alat edukasi. Pengguna dapat belajar tentang berbagai sumber emisi karbon dan dampaknya terhadap lingkungan, serta bagaimana tindakan kecil sehari-hari dapat membuat perbedaan besar.

Langkah-langkah Menggunakan Kalkulator Karbon Actia

Menggunakan Kalkulator Karbon Actia cukup mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Berikut adalah langkah-langkahnya:

  1. Registrasi dan Login: Pengguna perlu mendaftar di platform Kalkulator Karbon Actia dan membuat akun. Setelah itu, pengguna bisa login untuk mengakses semua fitur yang tersedia.
  2. Masukkan Data Pribadi: Pengguna diminta untuk memasukkan informasi dasar seperti lokasi, ukuran rumah, jumlah penghuni, dan kebiasaan penggunaan energi. Data ini akan digunakan untuk mengkalkulasi emisi dasar.
  3. Input Aktivitas Harian: Pengguna kemudian memasukkan data aktivitas harian mereka, seperti jenis dan jumlah bahan bakar yang digunakan, frekuensi perjalanan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan penggunaan produk lain yang mempengaruhi emisi karbon.
  4. Analisis dan Hasil: Setelah semua data dimasukkan, Kalkulator Karbon Actia akan melakukan analisis dan memberikan hasil berupa total emisi karbon yang dihasilkan. Hasil ini disajikan dalam format yang mudah dipahami, lengkap dengan grafis dan laporan terperinci.
  5. Rekomendasi dan Aksi: Berdasarkan hasil analisis, pengguna akan menerima rekomendasi spesifik untuk mengurangi jejak karbon mereka. Rekomendasi ini bisa berupa perubahan kecil dalam kebiasaan sehari-hari atau langkah-langkah besar seperti beralih ke sumber energi terbarukan.
  6. Pemantauan dan Pelaporan: Pengguna dapat memantau progres mereka secara berkala dengan memasukkan data aktivitas yang diperbarui. Kalkulator Karbon Actia akan menghasilkan laporan berkala yang menunjukkan perubahan emisi dari waktu ke waktu dan membantu pengguna tetap pada jalur pengurangan yang efektif.

Manfaat Menggunakan Kalkulator Karbon Actia

Menggunakan Kalkulator Karbon Actia memberikan berbagai manfaat, baik untuk individu maupun organisasi:

  1. Kesadaran Lingkungan: Dengan mengetahui jejak karbon mereka, pengguna menjadi lebih sadar akan dampak aktivitas sehari-hari terhadap lingkungan dan termotivasi untuk membuat perubahan positif.
  2. Penghematan Biaya: Banyak rekomendasi pengurangan emisi karbon, seperti meningkatkan efisiensi energi, juga dapat membantu mengurangi biaya operasional sehari-hari.
  3. Dukungan Terhadap Kebijakan Lingkungan: Dengan mengurangi jejak karbon, pengguna dapat mendukung kebijakan lingkungan nasional dan internasional, serta berkontribusi pada upaya global untuk memerangi perubahan iklim.
  4. Tanggung Jawab Sosial: Menggunakan Kalkulator Karbon Actia menunjukkan tanggung jawab sosial pengguna terhadap lingkungan dan masyarakat luas. Hal ini dapat meningkatkan reputasi dan citra positif bagi individu maupun organisasi.

Actia Carbon : Kalkulator Karbon

Kalkulator Karbon Actia yang dikembangkan oleh PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA adalah alat yang efektif dan mudah digunakan untuk mengukur dan mengurangi jejak karbon. Dengan fitur-fitur yang komprehensif, seperti pengukuran emisi yang akurat, analisis aktivitas harian, rekomendasi pengurangan emisi, serta pelaporan dan monitoring, Kalkulator Karbon Actia membantu pengguna untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan secara praktis dan nyata.

Dengan langkah-langkah sederhana, setiap individu dan organisasi dapat mulai mengurangi jejak karbon mereka hari ini juga, menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Langkah Mudah Menghitung Emisi dengan Kalkulator Karbon Actia di Indonesia

Langkah Mudah Menghitung Emisi dengan Kalkulator Karbon Actia di Indonesia

Kalkulator KarbonPerubahan iklim merupakan isu global yang semakin mendesak untuk ditangani. Salah satu cara untuk berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim adalah dengan mengurangi jejak karbon individu dan organisasi. Kalkulator Karbon adalah alat yang membantu dalam mengukur dan mengelola emisi karbon. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana Kalkulator Karbon Actia, yang dikembangkan oleh PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA, dapat digunakan di Indonesia untuk menghitung dan mengurangi emisi karbon dengan mudah.

Pengertian Kalkulator Karbon

Kalkulator Karbon adalah sebuah alat yang dirancang untuk mengukur jumlah emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Emisi karbon ini umumnya berasal dari penggunaan energi, transportasi, dan berbagai aktivitas lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dengan menggunakan Kalkulator Karbon, individu dan organisasi dapat memahami sumber utama emisi mereka dan mengambil langkah-langkah untuk menguranginya.

Fungsi dan Manfaat Kalkulator Karbon Actia

  1. Pengukuran Emisi yang Akurat

Kalkulator Karbon Actia dirancang untuk memberikan pengukuran emisi yang akurat. Alat ini menggunakan data yang diperbarui secara berkala dan metode perhitungan yang disesuaikan dengan kondisi lokal di Indonesia. Pengguna dapat memasukkan data tentang konsumsi energi, penggunaan transportasi, dan aktivitas sehari-hari lainnya untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang jejak karbon mereka.

  1. Analisis Aktivitas Harian

Kalkulator Karbon Actia memungkinkan pengguna untuk menganalisis jejak karbon dari aktivitas harian mereka. Pengguna dapat memasukkan informasi tentang penggunaan listrik, bahan bakar kendaraan, dan konsumsi produk lainnya. Kalkulator ini kemudian menganalisis data tersebut untuk menghasilkan laporan yang menunjukkan berapa banyak emisi karbon yang dihasilkan oleh setiap aktivitas.

  1. Identifikasi Sumber Emisi Utama

Dengan menggunakan Kalkulator Karbon Actia, pengguna dapat mengidentifikasi sumber utama emisi karbon mereka. Ini memungkinkan mereka untuk fokus pada area yang paling memerlukan perbaikan dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi emisi dari sumber-sumber tersebut.

  1. Edukasi dan Kesadaran Lingkungan

Kalkulator Karbon Actia tidak hanya berfungsi sebagai alat pengukur, tetapi juga sebagai alat edukasi. Pengguna dapat belajar tentang berbagai sumber emisi karbon dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan memahami informasi ini, mereka dapat lebih sadar akan pentingnya mengurangi jejak karbon dan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan nyata.

Langkah-Langkah Menggunakan Kalkulator Karbon Actia

Menggunakan Kalkulator Karbon Actia sangatlah mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Berikut adalah langkah-langkahnya:

  1. Registrasi dan Login

Langkah pertama adalah mendaftar di platform Kalkulator Karbon Actia dan membuat akun. Setelah itu, pengguna dapat login untuk mengakses semua fitur yang tersedia.

  1. Masukkan Data Pribadi

Pengguna akan diminta untuk memasukkan informasi dasar seperti lokasi, ukuran rumah, jumlah penghuni, dan kebiasaan penggunaan energi. Data ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengkalkulasi emisi karbon.

  1. Input Aktivitas Harian

Selanjutnya, pengguna perlu memasukkan data tentang aktivitas harian mereka, seperti penggunaan listrik, jenis dan jumlah bahan bakar yang digunakan, frekuensi perjalanan, dan pola konsumsi makanan. Semua informasi ini akan dianalisis oleh Kalkulator Karbon Actia untuk memberikan gambaran lengkap tentang jejak karbon pengguna.

  1. Analisis dan Hasil

Setelah semua data dimasukkan, Kalkulator Karbon Actia akan melakukan analisis dan memberikan hasil berupa total emisi karbon yang dihasilkan oleh pengguna. Hasil ini disajikan dalam format yang mudah dipahami, lengkap dengan grafik dan laporan terperinci.

  1. Tindak Lanjut dan Pengurangan Emisi

Berdasarkan hasil analisis, pengguna akan mendapatkan rekomendasi konkret untuk mengurangi emisi karbon mereka. Rekomendasi ini bisa berupa perubahan kecil dalam kebiasaan sehari-hari atau langkah-langkah besar seperti beralih ke sumber energi terbarukan.

Kasus Penggunaan di Indonesia

Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi besar dan tingkat urbanisasi yang tinggi, menghadapi tantangan besar dalam mengelola emisi karbon. Kalkulator Karbon Actia dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih sadar akan jejak karbon mereka dan mengambil langkah-langkah untuk menguranginya. Misalnya, di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, penggunaan transportasi pribadi yang tinggi menyumbang sebagian besar emisi karbon. Dengan menggunakan Kalkulator Karbon Actia, warga dapat mengidentifikasi dampak penggunaan kendaraan pribadi mereka dan mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti menggunakan transportasi umum atau bersepeda.

Selain itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga dapat memanfaatkan Kalkulator Karbon Actia untuk mengelola emisi mereka. Dalam industri manufaktur, misalnya, perusahaan dapat mengukur emisi dari proses produksi dan mencari cara untuk meningkatkan efisiensi energi atau menggunakan bahan bakar yang lebih bersih. Dengan demikian, mereka tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan tetapi juga dapat meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Manfaat Kalkulator Jejak Karbon Jangka Panjang

Menggunakan Kalkulator Karbon Actia tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek berupa pengurangan emisi karbon, tetapi juga manfaat jangka panjang. Dengan mengurangi jejak karbon, kita dapat berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Selain itu, banyak tindakan yang direkomendasikan untuk mengurangi emisi karbon, seperti meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, juga dapat menghemat biaya dalam jangka panjang.

ACTIA CLIMATE : SOLUSI JEJAK KARBON

Kalkulator Karbon Actia yang dikembangkan oleh PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA adalah alat yang efektif dan mudah digunakan untuk mengukur dan mengurangi jejak karbon. Dengan fungsi-fungsi seperti pengukuran emisi yang akurat, analisis aktivitas harian, identifikasi sumber emisi utama, serta edukasi dan peningkatan kesadaran lingkungan, Kalkulator Karbon Actia membantu individu dan organisasi di Indonesia untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan secara nyata. Dengan langkah-langkah sederhana, setiap orang dapat mulai mengurangi jejak karbon mereka hari ini juga, menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA

Office 1 – Lantai 18, Office 8 – Senopati Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Office 2 – Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

 

Hubungi Kami

PT Actia Bersama Sejahtera – Support oleh Dokter Website