Penentuan program reduksi GRK saat ini menjadi langkah penting bagi bisnis dan industri di Indonesia untuk mendukung target pengurangan emisi gas rumah kaca. Komitmen pemerintah dalam Perjanjian Paris, yaitu target penurunan emisi GRK pada tahun 2030 sebesar 29% dengan upaya sendiri dan hingga 41% dengan dukungan internasional. Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap perubahan iklim, berbagai sektor dituntut untuk menerapkan strategi yang mendukung pembangunan berkelanjutan, mematuhi regulasi, dan juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Namun, pertanyaannya adalah, program reduksi GRK seperti apa yang paling sesuai dan efektif untuk operasional spesifik perusahaan Anda?
Perubahan iklim telah menjadi isu global yang memengaruhi berbagai sektor, mulai dari pertanian hingga energi. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) menjadi penyebab utama pemanasan global. Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), konsentrasi GRK di atmosfer terus meningkat sejak pertengahan abad ke-20, menyebabkan kenaikan suhu global hingga 1,5-4,5°C jika tidak ada tindakan mitigasi. Di Indonesia, sektor kehutanan dan energi menyumbang sekitar 60% dan 36% emisi GRK.
Menentukan program reduksi GRK yang tepat akan menjadi langkah strategis bagi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan citra perusahaan. Tekanan dari berbagai pihak, konsumen yang semakin sadar lingkungan, investor yang fokus pada ESG (Environmental, Social, and Governance), serta regulasi pemerintah yang semakin ketat, membuat pengelolaan emisi Gas Rumah Kaca menjadi bagian penting dari tata kelola perusahaan yang baik. Sebuah program reduksi GRK yang efektif memberikan road map menuju bisnis yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus memitigasi risiko finansial terkait biaya karbon di masa depan.
Sebelum menyusun strategi, penting memahami landasan kebijakan yang berlaku. Di Indonesia, komitmen penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) berasal dari Perjanjian Paris yang telah diratifikasi ke dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC). Komitmen ini diperkuat melalui Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kebijakan ini menjadi acuan bagi sektor-sektor prioritas, seperti energi, kehutanan, industri, dan transportasi, untuk menyusun program reduksi GRK sektoral.
Bagaimana cara mengurangi sesuatu jika belum diukur? Tahap awal dalam program reduksi GRK adalah menghitung jejak karbon perusahaan atau industri Anda secara akurat dan konsisten. Dua standar global yang paling banyak diadopsi adalah:
Pemilihan metodologi perhitungan yang tepat bergantung pada tujuan program reduksi GRK Anda. Apakah untuk pelaporan internal, pemenuhan regulasi, atau persiapan memasuki pasar karbon? Karena keakuratan data inventaris GRK inilah yang akan menjadi dasar untuk menentukan target reduksi yang sesuai dan mengidentifikasi peluang pengurangan yang paling efektif.
Setelah memiliki baseline emisi yang kuat, langkah selanjutnya dalam program reduksi GRK adalah menganalisis sumber emisi utama Anda. Di mana emisi terbesar dihasilkan? Proses atau aktivitas apa yang paling intensif karbon? Analisis ini akan mengungkap area prioritas untuk intervensi. Peluang reduksi GRK umumnya bisa dikelompokkan menjadi:
Strategi program reduksi GRK harus realistis, terukur, memiliki target waktu yang jelas, dan dialokasikan sumber dayanya. Setiap inisiatif perlu memiliki indikator kinerja utama (KPI) untuk memantau kemajuan.
Bagi bisnis yang ingin mendaftarkan upaya reduksinya untuk mendapatkan kredit karbon, memahami skema pasar karbon sangat penting. Skema seperti Verra (VCS – Verified Carbon Standard), Gold Standard, atau skema nasional (misalnya yang sedang dikembangkan di Indonesia) memiliki daftar metodologi spesifik yang telah disetujui. Metodologi ini adalah aturan terperinci tentang bagaimana jenis proyek tertentu (misalnya, proyek energi terbarukan, penanaman pohon, penggantian bahan bakar) harus diukur, dimonitor, dan diverifikasi untuk menghasilkan unit kredit yang valid.
Pentingnya memilih metodologi yang sudah di-approve oleh skema kredit karbon target Anda sebelum proyek dimulai. Hal ini memastikan bahwa upaya reduksi GRK Anda memenuhi kriteria kelayakan dan dapat menghasilkan kredit karbon yang dapat diperdagangkan. Ini menjadi aspek teknis penting dalam program reduksi GRK yang menargetkan insentif finansial.
Meski penting, penentuan program reduksi GRK tidak lepas dari tantangan. Biaya awal untuk teknologi rendah karbon atau pengukuran emisi bisa menjadi hambatan, terutama bagi usaha kecil dan menengah. Selain itu, kurangnya tenaga ahli dalam pengelolaan emisi juga dapat memperlambat implementasi. Untuk mengatasi ini, perusahaan dapat mengikuti pelatihan khusus, seperti pelatohan penentuan program reduksi GRK yang ditawarkan oleh Actia.
Memahami kompleksitas perhitungan emisi GRK, standar yang berlaku, identifikasi peluang reduksi, hingga persiapan memasuki skema kredit karbon memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus.
Actia membuka pelatihan untuk membantu perusahaan dalam penentuan program reduksi GRK. Pelatihan ini dirancang untuk membantu perusahaan memahami tentang identifikasi emisi, perhitungan baseline, strategi mitigasi, hingga proses verifikasi sesuai standar internasional. Menggunakan pendekatan praktis dan berbasis kebutuhan industri, Actia siap mendampingi bisnis Anda menuju keberlanjutan yang lebih baik.
Bagi perusahaan yang baru memulai, berikut beberapa langkah sederhana:
Office 1 – Lantai 18, Office 8 – Senopati Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190
Office 2 – Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229
PT Actia Bersama Sejahtera – Support oleh Dokter Website