Istilah “dekarbonisasi” mungkin sudah sering kita dengar. Sederhananya, dekarbonisasi adalah upaya mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya. Kenapa ini penting? Karena emisi gas rumah kaca adalah penyebab utama perubahan iklim dan pemanasan global
Industri pestisida, yang berperan penting dalam menjaga produktivitas pertanian, juga tak luput dari tanggung jawab untuk berkontribusi dalam upaya dekarbonisasi ini. Penggunaan pestisida kimia dalam pertanian tidak hanya berdampak pada kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati, tetapi juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca melalui proses produksi dan penggunaan bahan kimia tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi dekarbonisasi yang efektif dalam sektor ini.
Di berbagai belahan dunia, negara-negara dan perusahaan-perusahaan saat ini tengah berlomba-lomba untuk mencapai target Net Zero Emission untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Konsep ini menuntut agar emisi gas rumah kaca yang dihasilkan harus setara dengan jumlah yang dapat diserap oleh lingkungan.
Dampak Lingkungan dari Industri Pestisida
Di indonesia, sekitar 96% petaninya memilih menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT) karena dianggap efektif.
Industri pestisida di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1950-an, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pertanian untuk meningkatkan hasil panen. Sejak saat itu, berbagai produk pestisida kimia diperkenalkan ke pasar untuk membantu petani mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Namun, seiring dengan perkembangan industri ini, muncul dampak negatif terhadap lingkungan seperti kontaminasi tanah dan air, penurunan keanekaragaman hayati, serta risiko kesehatan bagi manusia dan hewan.
Industri pestisida memiliki dampak yang serius terhadap lingkungan melalui berbagai cara. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah, mengancam keanekaragaman hayati, dan membahayakan banyak organisme non-target yang penting dalam ekosistem. Selain itu, perkembangan resistensi hama terhadap pestisida juga menjadi masalah serius, yang memicu penggunaan pestisida yang lebih kuat dan berpotensi lebih merusak lingkungan.
Proses Kegiatan Industri Pestisida dan Emisi yang Dihasilkan
Industri pestisida melibatkan sejumlah proses kegiatan mulai dari penelitian dan pengembangan, produksi bahan aktif, formulasi, hingga distribusi ke pasar. Setiap langkah dalam rantai produksi ini dapat menghasilkan emisi berbagai gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (NOx). Oleh karena itu, perusahaan yang bergerakdalam sektor industri pestisida haruus mempertimbangkan untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan, pengelolaan emisi yang sesuai akan menjadi sangat penting untuk mencapai target dekarbonisasi dan NZE.
Perlunya Jasa Penyusunan Strategi Dekarbonisasi dan NZE
Industri pestisida di Indonesia menjadi salah satu sektor yang memerlukan perhatian khusus dalam upaya dekarbonisasi dan pencapaian NZE. Dengan dinamika pasar yang terus berkembang, perusahaan-perusahaan di sektor ini memerlukan jasa penyusunan strategi dekarbonisasi dan NZE untuk membantu mereka mengidentifikasi peluang pengurangan emisi dan mengoptimalkan kinerja berkelanjutan.
Pestisida Ramah Lingkungan
Di pasar, terdapat berbagai produk pestisida yang berbeda berdasarkan kandungan bahan aktif dan tujuan penggunaannya. Namun, saat ini ada tren peningkatan permintaan akan produk pestisida yang ramah lingkungan atau dikenal sebagai pestisida organik.
Jenis-jenis pestisida ramah lingkungan:
Beberapa jenis pestisida ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan antara lain:
- Pestisida organik/ nabati: Pestisida organik dibuat dari bahan alami seperti minyak tumbuhan, mineral, atau organisme seperti bakteri dan fungi. Pestisida organik cenderung lebih cepat terurai di lingkungan dan memiliki risiko keracunan yang lebih rendah
- Pestisida nabati: Pestisida nabati dibuat dari bahan-bahan tanaman seperti bawang putih, cabai, atau biji nimba. Pestisida ini lebih ramah lingkungan karena bahan baku yang digunakan berasal dari sumber alami yang mudah terurai.
- Pestisida biologi (Biopestisida): Pestisida biologi merupakan pestisida yang dihasilkan dari mikroorganisme hidup, seperti bakteri, virus, atau fungi. Pestisida ini memiliki sifat target-specific sehingga lebih efektif dalam mengendalikan hama tanpa membahayakan organisme non-target.
- Feromon: Zat kimia alami yang dihasilkan oleh serangga untuk berkomunikasi. Feromon sintetis dapat digunakan untuk mengendalikan populasi hama dengan cara mengganggu siklus hidupnya.
Perusahaan Industri Sektor Pestisida
- PT Dharma Guna Wibawa (DGW):
- PT Nusa Mandiri Utama
- Syngenta Indonesia
- PT Santan
- Asiana Chemicalindo
- PT Agro Sejahtera Indonesia