LCA Bisa untuk EPD, Bagaimana Caranya?

LCA Bisa untuk EPD, Bagaimana Caranya?

LCA bisa untuk EPD, sebagai pelaku usaha yang ingin ekspansi produk ke dunia internasional harus memahami hubungan keduanya. Di pasar global, konsumen dan regulator semakin menuntut transparansi lingkungan. Perusahaan yang ingin menunjukkan bahwa produknya ramah lingkungan perlu memiliki Environmental Product Declarations (EPD). Nah, untuk bisa mendapatkan EPD, kuncinya adalah melakukan Life Cycle Assessment (LCA) terlebih dahulu. Singkatnya, LCA bisa untuk EPD karena LCA menjadi dasar penyusunan dokumen deklarasi lingkungan tersebut.

Apa Itu LCA? Rahasia di Balik Siklus Hidup Produk

Life Cycle Assessment (LCA) adalah metode untuk mengukur dampak lingkungan suatu produk dari awal hingga akhir siklus hidupnya. Mulai dari ekstraksi bahan baku, produksi, distribusi, penggunaan, hingga pembuangan. LCA membantu mengidentifikasi area yang boros sumber daya atau menghasilkan emisi tinggi. Dengan LCA (Life Cycle Assessment), pelaku usaha bisa membuat keputusan yang lebih ramah lingkungan. Ini seperti cek kesehatan untuk produk, memberikan gambaran lengkap tentang jejak lingkungannya.

EPD (Environmental Product Declaration): Deklarasi Kuat untuk Transparansi Lingkungan

Environmental Product Declaration (EPD) adalah dokumen resmi yang merangkum dampak lingkungan produk secara transparan. EPD ibarat laporan sederhana yang bisa dibaca publik, berisi data terverifikasi tentang performa lingkungan produk. EPD memungkinkan konsumen membandingkan produk sejenis berdasarkan dampak lingkungannya. Dokumen ini meningkatkan kepercayaan pelanggan dan mendukung pemasaran hijau.

Benarkah LCA Bisa untuk EPD? Jawaban Pasti!

Benar, LCA bisa untuk EPD dan bahkan wajib digunakan. EPD mensyaratkan adanya LCA yang lengkap sebagai dasar datanya. Proses ini mengikuti standar internasional seperti ISO 14025 untuk memastikan kredibilitas. LCA adalah dasar utama pembuatan EPD. Data dari analisis LCA diringkas menjadi informasi yang mudah dipahami dalam EPD, dan memberikan analisis mendalam tentang siklus hidup produk. Hasilnya, EPD menjadi alat komunikasi yang valid dan terpercaya. Jadi, tanpa LCA, EPD tidak akan memiliki fondasi yang kuat. Hubungan ini seperti resep dan hidangan. LCA mengumpulkan semua “bahan” data, sementara EPD menyajikannya secara menarik dan terstandar untuk publik.

Langkah Praktis Memanfaatkan Life Cycle Assessment (LCA) untuk Environmental Product Declaration (EPD)

Untuk memulai, lakukan LCA dengan mengumpulkan data dari setiap tahap siklus hidup produk. Gunakan perangkat lunak khusus untuk menghitung dampak seperti emisi karbon, penggunaan air, atau limbah. Setelah LCA selesai, ringkas hasilnya ke dalam format EPD. Pastikan mengikuti Product Category Rules (PCR) agar sesuai standar. LCA bisa untuk EPD jika langkah ini dilakukan dengan cermat.

Verifikasi EPD (Environmental Product Declaration): Pastikan Data LCA Terpercaya

Setelah menyusun EPD (Environmental Product Declaration) berdasarkan hasil LCA, dokumen harus diverifikasi oleh pihak ketiga independen. Ini memastikan data dari LCA akurat dan tidak bias. Verifikasi membuat EPD lebih dipercaya oleh pasar. Setelahnya, daftarkan EPD ke program resmi seperti International EPD System. LCA bisa untuk EPD jika proses ini dijalankan dengan benar, menghasilkan dokumen yang siap dipublikasikan.

Manfaat LCA untuk EPD bagi Bisnis Anda

Menggunakan LCA untuk EPD meningkatkan reputasi perusahaan. Konsumen modern lebih memilih produk dengan informasi lingkungan yang jelas. EPD juga membantu memenuhi regulasi lingkungan yang semakin ketat. Selain itu, LCA mengungkap peluang penghematan biaya, seperti mengurangi limbah produksi. LCA bisa untuk EPD sekaligus menjadi strategi pemasaran yang menarik pelanggan sadar lingkungan.

LCA Bisa untuk EPD

Industri yang Cocok

LCA bisa untuk Environmental Product Declaration (EPD) di berbagai sektor, seperti konstruksi, makanan, tekstil, dan manufaktur. Di bidang bangunan, misalnya, EPD membantu memilih material ramah lingkungan untuk proyek hijau. Usaha kecil juga bisa menerapkannya. LCA untuk EPD membuka peluang bersaing di pasar global dengan menonjolkan keberlanjutan produk.

Tantangan dan Solusi dalam Menggunakan LCA untuk EPD

Mengumpulkan data untuk LCA bisa memakan waktu dan sumber daya. Solusinya, mulailah dari produk sederhana dan gunakan panduan standar seperti ISO 14040. Biaya verifikasi EPD juga bisa menjadi tantangan. Namun, manfaat seperti peningkatan penjualan dan kepercayaan pelanggan membuatnya sepadan. LCA bisa untuk EPD dengan perencanaan yang matang.

Perusahaan global di sektor konstruksi sering menggunakan EPD untuk memamerkan material rendah karbon. Hasilnya, mereka memenangkan kontrak proyek besar yang mengutamakan keberlanjutan. Di Indonesia, semakin banyak bisnis mengadopsi LCA untuk EPD, sejalan dengan komitmen nasional terhadap lingkungan. Ini membuktikan bahwa LCA bisa untuk EPD di berbagai skala usaha.

LCA dan EPD Penting di Era Modern

Pelajari standar internasional seperti ISO 14025 dan panduan dari International EPD System. Sumber ini gratis dan mudah diakses secara online. Jika baru memulai, kolaborasi dengan Actia sebagai konsultan yang berpengalaman melakukan kajian LCA dapat membantu Anda. LCA bisa untuk EPD dengan langkah bertahap untuk hasil yang optimal.

Di tengah krisis iklim, transparansi lingkungan menjadi keharusan. EPD membantu konsumen membuat pilihan cerdas, sementara LCA memastikan data yang disajikan valid. LCA bisa untuk EPD juga mendukung ekonomi hijau. Perusahaan yang mengadopsinya akan unggul di pasar global yang semakin peduli lingkungan.

LCA dan EPD merupakan salah satu langkah nyata menuju bisnis yang lebih berkelanjutan. Dengan proses yang terstruktur, siapa pun bisa menerapkannya. Hasilnya, produk Anda tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga kompetitif di pasar. Mulailah sekarang dengan LCA untuk EPD. Tunjukkan kepada dunia bahwa bisnis Anda peduli pada keberlanjutan!

 

Jasa Integrated Life Cycle Assessment dan Audit Energi Bangunan

Jasa Integrated Life Cycle Assessment dan Audit Energi Bangunan

Jasa Integrated Life Cycle Assessment dan Audit Energi Bangunan

HENTIKAN PEMBOROSAN ENERGI YANG MENGURAS PROFIT ANDA!

Apakah Gedung Anda Menjadi "MESIN PEMBAKAR UANG" Tanpa Anda Sadari?

FAKTA MENGEJUTKAN: Sektor bangunan di Indonesia mengonsumsi 70% listrik nasional dan menciptakan pemborosan hingga Rp 1,9 Triliun per tahun. Sementara 94% perusahaan terdaftar wajib melaporkan ESG mulai Mei 2025, banyak manajemen masih bertanya-tanya: 

“Mengapa biaya listrik terus melonjak?” 
“Bagaimana memenuhi regulasi ESG tanpa mengorbankan profit?” 
“Apakah investasi green building benar-benar menguntungkan?” 

stop

STOP MENEBAK-NEBAK!

Saatnya MENGUKUR, MENGANALISIS, dan MENGOPTIMALKAN
dengan metodologi yang ilmiah. 

💡 SOLUSI TERINTEGRASI YANG AKAN MENGUBAH GAME ANDA 

Integrated Life Cycle Assessment (LCA) & Energy Audit Services

Jasa Integrated Life Cycle Assessment dan Audit Energi Bangunan. Satu-satunya layanan di Indonesia yang menggabungkan analisis embodied energy material bangunan dengan operational energy audit Level 2-3 

7720441-removebg-preview

MENGAPA BERBEDA? 

Metodologi Hybrid ISO 14040/14044 – standar internasional terpercaya 

AI-Powered Analysis – teknologi terdepan untuk optimalisasi maksimal

Comprehensive Assessment – dari material hingga operasional 

Actionable Recommendations – bukan sekadar laporan, tapi roadmap profit 

🎯 MANFAAT YANG AKAN ANDA RASAKAN LANGSUNG 

PENGHEMATAN BIAYA OPERASIONAL

  • 30-80% pengurangan biaya utilitas (terbukti pada 9 gedung hijau di Jakarta) 
  • 53% penghematan energi melalui identifikasi inefficiency 
  • 20-50% ROI dari investasi HVAC management 

COMPLIANCE & RISK MITIGATION 

  • Siap 100% untuk pelaporan ESG wajib (POJK 51/2017)
  • Antisipasi regulasi green building untuk gedung >50,000 m² 
  • Hindari denda PLN akibat power factor rendah 

COMPETITIVE ADVANTAGE 

  • 10% peningkatan rental rate untuk sustainable building 
  • 47% peningkatan minat investor terhadap properti hijau 
  • Sertifikasi green building yang meningkatkan nilai aset 

🚀 PROSES YANG SUDAH TERBUKTI MENGHASILKAN 

FASE 1: COMPREHENSIVE ASSESSMENT (Minggu 1-4) 

  • Material Analysis: Embodied energy 2,14 ton/m² dengan metode hybrid 
  • Operational Audit: Identifikasi 244,169 kWh/tahun potensi saving 
  • Building Performance: EnPI analysis berdasarkan SNI ISO 50002:2018 

FASE 2: OPTIMIZATION STRATEGY (Minggu 5-6) 

  • AI-Generated Recommendations: Solusi berbasis teknologi terdepan 
  • ROI Calculation: Proyeksi penghematan 5-10 tahun ke depan 
  • Implementation Roadmap: Prioritas berdasarkan cost-benefit ratio 

FASE 3: MONITORING & REPORTING (Ongoing) 

  • Real-time Dashboard: Pantau performa energi 24/7 
  • ESG Compliance Report: Siap submit untuk regulatory requirement 
  • Continuous Improvement: Update rekomendasi berkala 

💼 APA KATA KLIEN KAMI 

"Gedung perkantoran 1.120 m² kami berhasil hemat Rp 29,176,308 per tahun setelah implementasi rekomendasi energy audit. ROI tercapai dalam 18 bulan!"
Direktur Operasional, Gedung Perkantoran Jakarta 
"LCA analysis membantu kami mengurangi 21% embodied energy dan lulus sertifikasi green building dengan skor tertinggi di kelasnya."
Property Manager, Mixed-Use Development 

❓ FAQ: JAWABAN UNTUK KERAGUAN ANDA 

Q: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk ROI? 
A: Rata-rata 12-24 bulan untuk gedung >30,000 m², dengan saving 30-53% biaya energi per tahun. 

Q: Apakah layanan ini sesuai untuk gedung yang sudah operasional? 
A: Absoluty! 80% klien kami adalah existing building yang ingin optimalisasi performa. 

Q: Bagaimana dengan compliance terhadap regulasi baru? 
A: Report kami fully compliant dengan POJK 51/2017, Permen PUPR 21/2022, dan standar ESG internasional. 

Q: Apakah ada garansi hasil? 
A: Kami guarantee minimum 20% identification energy saving potential, atau uang kembali 100%. 

⚡ TERBATAS! PROMO EARLY BIRD BERAKHIR AKHIR JULI 2025 

PAKET COMPREHENSIVE AUDIT 

Rp 1,2 Miliar

(Contact Kami)

Untuk proyek >30,000 m² 

BONUS EKSKLUSIF: 

  • 🎁 FREE IoT Energy Monitoring System (nilai Rp 150 juta) 
  • 🎁 1 tahun konsultasi unlimited via WhatsApp/email 
  • 🎁 Priority support untuk emergency audit 

TENAGA AHLI

Prof. Dr.Eng. Usep Surahman, S.T., M.T

Beliau merupaka tenaga ahli dari UPI Bandung yang memiliki fokus pada bidang Teknologi dan Arsitektur Hemat Energi dengan pengalaman riset LCA bangunan lebih dari 20 tahun. Beliau satu-satunya di Indonesia yang menguasai perhitungan embodied energy dan karbon material bangunan, didukung database lengkap faktor emisi di Indonesia. Dengan banyaknya publikasi akademik, beliau menghasilkan referensi penting tentang embodied energy dan CO2 bangunan. Selain mengajar dan meneliti, beliau membantu perusahaan mengukur emisi CO2 dan memiliki sertifikasi seperti Greenship Associate (GA), Greenship Profesional (GP) dari GBC Indonesia, serta Sertifikat Gedung Bangunan Hijau (BGH) dari Kementerian PUPR.

Dr.Eng. Arie Dipareza Syafei, ST., MEPM, IPM

Arie Dipareza Syafei, pakar pengelolaan kualitas udara, emisi, dan gas rumah kaca.
Berpengalaman lebih dari 10 tahun di bidang pengelolaan udara dan emisi.

  • Memiliki keahlian 5 tahun sebagai Verifikator GHG sesuai standar ISO 14064.
  • Memberikan solusi pengendalian emisi untuk perusahaan tingkat nasional.

Selain itu, beliau juga bemiliki sertifikasi diantaranya adalah GHG Lead Verifier based on ISO 14064 part 3, GHG Verification and Validation  (penyelenggara CSA Groups).

JANGAN BIARKAN KOMPETITOR UNGGUL LEBIH DULU! 

Setiap hari menunda = Ribuan rupiah terbuang sia-sia 
Setiap bulan menunda = Jutaan potensi saving hilang 
Setiap tahun menunda = Puluhan juta kerugian + risiko non-compliance 

stop

AMBIL TINDAKAN SEKARANG JUGA! 

Kontak Kami 📞 

📧 Email: lensa@lensalingkungan.com 
🌐 Book Consultation: https://tanya.web.id/integrated-lca 

⏰ HANYA 7 SLOT TERSEDIA UNTUK Q3 2025 

Konsultasi GRATIS 30 menit untuk 10 pendaftar pertama 
Site visit GRATIS untuk area Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi 

Berhenti jadi spectator dalam revolusi green building.
Menjadi LEADER yang mengubah sustainability menjadi PROFIT MACHINE!

P.S. Ingat, perusahaan yang tidak compliance dengan ESG 2025 akan kehilangan akses ke: 

Investor internasional 
❌ Tender pemerintah besar 
❌ Partnership dengan korporasi global 
❌ Akses kredit bank dengan rate kompetitif 

Jangan sampai perusahaan Anda tertinggal! 

Pelatihan Penentuan Program Reduksi GRK (Gas Rumah Kaca)

Pelatihan Penentuan Program Reduksi GRK (Gas Rumah Kaca)

Pelatihan Penentuan Program Reduksi GRK

Bagaimana Menentukan Program Reduksi GRK yang Efektif untuk Masa Depan Bisnis Anda?

Penentuan program reduksi GRK saat ini menjadi langkah penting bagi bisnis dan industri di Indonesia untuk mendukung target pengurangan emisi gas rumah kaca.  Komitmen pemerintah dalam Perjanjian Paris, yaitu target penurunan emisi GRK pada tahun 2030 sebesar 29% dengan upaya sendiri dan hingga 41% dengan dukungan internasional. Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap perubahan iklim, berbagai sektor dituntut untuk menerapkan strategi yang mendukung pembangunan berkelanjutan, mematuhi regulasi, dan juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Namun, pertanyaannya adalah, program reduksi GRK seperti apa yang paling sesuai dan efektif untuk operasional spesifik perusahaan Anda?

Perubahan Iklim Memengaruhi Berbagai Sektor

Perubahan iklim telah menjadi isu global yang memengaruhi berbagai sektor, mulai dari pertanian hingga energi. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) menjadi penyebab utama pemanasan global. Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), konsentrasi GRK di atmosfer terus meningkat sejak pertengahan abad ke-20, menyebabkan kenaikan suhu global hingga 1,5-4,5°C jika tidak ada tindakan mitigasi. Di Indonesia, sektor kehutanan dan energi menyumbang sekitar 60% dan 36% emisi GRK.  

Mengapa Penentuan Program Reduksi GRK Penting?

Menentukan program reduksi GRK yang tepat akan menjadi langkah strategis bagi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan citra perusahaan. Tekanan dari berbagai pihak, konsumen yang semakin sadar lingkungan, investor yang fokus pada ESG (Environmental, Social, and Governance), serta regulasi pemerintah yang semakin ketat, membuat pengelolaan emisi Gas Rumah Kaca menjadi bagian penting dari tata kelola perusahaan yang baik. Sebuah program reduksi GRK yang efektif memberikan road map menuju bisnis yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus memitigasi risiko finansial terkait biaya karbon di masa depan.

Kebijakan untuk Program Reduksi GRK (Gas Rumah Kaca)

Sebelum menyusun strategi, penting memahami landasan kebijakan yang berlaku. Di Indonesia, komitmen penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) berasal dari Perjanjian Paris yang telah diratifikasi ke dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC). Komitmen ini diperkuat melalui Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kebijakan ini menjadi acuan bagi sektor-sektor prioritas, seperti energi, kehutanan, industri, dan transportasi, untuk menyusun program reduksi GRK sektoral.

Langkah Awal: Mengukur Jejak Karbon dengan Akurat

Bagaimana cara mengurangi sesuatu jika belum diukur? Tahap awal dalam program reduksi GRK adalah menghitung jejak karbon perusahaan atau industri Anda secara akurat dan konsisten. Dua standar global yang paling banyak diadopsi adalah:

  1. SNI ISO 14064-2: Standar Nasional Indonesia yang mengadopsi ISO 14064-2 ini memberikan spesifikasi khusus untuk pengkuantifikasian, pemantauan, dan pelaporan pengurangan emisi atau peningkatan penghilangan GRK pada tingkat proyek.
  2. GHG Protocol Corporate Standard & Project Protocol: Kerangka kerja global yang paling luas digunakan untuk menghitung dan melaporkan emisi GRK tingkat perusahaan maupun proyek spesifik. Protokol ini mendefinisikan cakupan emisi (Scope 1, 2, dan 3) secara jelas.

Apa Tujuan Program Reduksi Gas Rumah Kaca Anda?

Pemilihan metodologi perhitungan yang tepat bergantung pada tujuan program reduksi GRK Anda. Apakah untuk pelaporan internal, pemenuhan regulasi, atau persiapan memasuki pasar karbon? Karena keakuratan data inventaris GRK inilah yang akan menjadi dasar untuk menentukan target reduksi yang sesuai dan mengidentifikasi peluang pengurangan yang paling efektif.

Penentuan Program Reduksi GRK

Mengidentifikasi Peluang Reduksi dan Menyusun Strategi

Setelah memiliki baseline emisi yang kuat, langkah selanjutnya dalam program reduksi GRK adalah menganalisis sumber emisi utama Anda. Di mana emisi terbesar dihasilkan? Proses atau aktivitas apa yang paling intensif karbon? Analisis ini akan mengungkap area prioritas untuk intervensi. Peluang reduksi GRK umumnya bisa dikelompokkan menjadi:

  1. Efisiensi Energi: Mengoptimalkan penggunaan energi di fasilitas, mesin, dan proses. Contoh: pergantian lampu LED, optimalisasi sistem HVAC, penggunaan motor listrik efisiensi tinggi.
  2. Peralihan ke Energi Terbarukan: Memanfaatkan sumber energi bersih seperti surya, angin, panas bumi, atau biomassa berkelanjutan, baik melalui pembangkit sendiri (on-site) maupun pembelian melalui skema Renewable Energy Certificate (REC) atau Power Purchase Agreement (PPA) hijau.
  3. Optimasi Proses dan Bahan Baku: Mengurangi limbah proses, menggunakan bahan baku daur ulang atau rendah karbon, meningkatkan efisiensi material.
  4. Manajemen Logistik: Mengoptimalkan rute distribusi, meningkatkan muatan angkutan, beralih ke moda transportasi rendah emisi, atau mempromosikan kerja jarak jauh.
  5. Penghijauan dan Penyerapan Karbon: Melakukan penanaman pohon atau mendukung proyek berbasis alam (Nature-Based Solutions/NbS) yang mampu menyerap karbon, meskipun ini biasanya bersifat kompensasi setelah upaya reduksi maksimal dilakukan.

Strategi program reduksi GRK harus realistis, terukur, memiliki target waktu yang jelas, dan dialokasikan sumber dayanya. Setiap inisiatif perlu memiliki indikator kinerja utama (KPI) untuk memantau kemajuan.

Memasuki Pasar Karbon: Skema dan Metodologi yang Diakui

Bagi bisnis yang ingin mendaftarkan upaya reduksinya untuk mendapatkan kredit karbon, memahami skema pasar karbon sangat penting. Skema seperti Verra (VCS – Verified Carbon Standard), Gold Standard, atau skema nasional (misalnya yang sedang dikembangkan di Indonesia) memiliki daftar metodologi spesifik yang telah disetujui. Metodologi ini adalah aturan terperinci tentang bagaimana jenis proyek tertentu (misalnya, proyek energi terbarukan, penanaman pohon, penggantian bahan bakar) harus diukur, dimonitor, dan diverifikasi untuk menghasilkan unit kredit yang valid.

Pentingnya memilih metodologi yang sudah di-approve oleh skema kredit karbon target Anda sebelum proyek dimulai. Hal ini memastikan bahwa upaya reduksi GRK Anda memenuhi kriteria kelayakan dan dapat menghasilkan kredit karbon yang dapat diperdagangkan. Ini menjadi aspek teknis penting dalam program reduksi GRK yang menargetkan insentif finansial.

Tantangan dalam Penentuan Program Reduksi GRK

Meski penting, penentuan program reduksi GRK tidak lepas dari tantangan. Biaya awal untuk teknologi rendah karbon atau pengukuran emisi bisa menjadi hambatan, terutama bagi usaha kecil dan menengah. Selain itu, kurangnya tenaga ahli dalam pengelolaan emisi juga dapat memperlambat implementasi. Untuk mengatasi ini, perusahaan dapat mengikuti pelatihan khusus, seperti pelatohan penentuan program reduksi GRK yang ditawarkan oleh Actia.

Pelatihan Penentuan Program Reduksi GRK bersama Actia

Memahami kompleksitas perhitungan emisi GRK, standar yang berlaku, identifikasi peluang reduksi, hingga persiapan memasuki skema kredit karbon memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus.

Actia membuka pelatihan untuk membantu perusahaan dalam penentuan program reduksi GRK. Pelatihan ini dirancang untuk membantu perusahaan memahami tentang identifikasi emisi, perhitungan baseline, strategi mitigasi, hingga proses verifikasi sesuai standar internasional. Menggunakan pendekatan praktis dan berbasis kebutuhan industri, Actia siap mendampingi bisnis Anda menuju keberlanjutan yang lebih baik.

Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!

Tanggal: 5-6 Agustus 2025
Biaya: Rp 6.000.000

Tips Praktis untuk Memulai dari Sekarang

Bagi perusahaan yang baru memulai, berikut beberapa langkah sederhana:

  • Kurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan beralih ke transportasi publik atau kendaraan listrik.
  • Gunakan pupuk organik di sektor pertanian untuk menekan emisi dinitrogen oksida.
  • Edukasi karyawan tentang pentingnya hemat energi dalam aktivitas sehari-hari.
Konsultan Jasa Penyusunan Carbon Disclosure Project (CDP) Reporting

Konsultan Jasa Penyusunan Carbon Disclosure Project (CDP) Reporting

Konsultan Jasa Penyusunan CDP Reporting

CDP atau Carbon Disclosure Project merupakan organisasi nirlaba global yang menjalankan sistem pengungkapan lingkungan terbesar di dunia untuk perusahaan, kota, negara bagian, dan wilayah. Melalui Carbon Disclosure Project, organisasi secara berkala diharuskan memberikan informasi tentang emisi karbon, penggunaan air, deforestasi, dan masalah lingkungan lainnya melalui kuesioner yang akan dinilai setiap tahun dan diakui di seluruh dunia.

Metodologi penilaian Carbon Disclosure Project sepenuhnya sejalan dengan Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD), yang kini diadopsi dalam standar International Financial Reporting Standards (IFRS) S2 yang memastikan bahwa data yang diungkapkan dapat dibandingkan. Saat ini, Pelaporan CDP adalah salah satu kerangka kerja pengungkapan lingkungan tertua dan terpenting di dunia. Data dalam Carbon Disclosure Project digunakan sebagai dasar bagi pemegang saham, pelanggan, dan regulator untuk menilai tingkat keterlibatan mereka dalam lingkungan hidup.

Manfaat Nyata CDP untuk Perusahaan

  1. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas
    Dengan melakukan pelaporan ke Carbon Disclosure Project, perusahaan dapat mengukur, memantau, dan mengelola dampak lingkungannya secara lebih sistematis dan transparan. Transparansi ini penting untuk membangun kepercayaan dengan investor, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya.
  2. Meningkatkan Reputasi dan Citra Perusahaan
    Perusahaan yang aktif dan mendapatkan skor tinggi dalam pelaporan Carbon Disclosure Project dipandang sebagai pemimpin dalam keberlanjutan. Hal ini meningkatkan reputasi, menarik pelanggan dan mitra bisnis yang peduli lingkungan, serta memperkuat posisi di pasar
  1. Memudahkan Akses ke Permodalan
    Investor global semakin mempertimbangkan kinerja lingkungan dalam keputusan investasi. Investor kini mengandalkan data dari Carbon Disclosure Project untuk menilai komitmen dan kinerja lingkungan suatu perusahaan. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi risiko dan peluang dalam portofolio perusahaan, serta untuk mengintegrasikan faktor keberlanjutan dalam proses pengambilan keputusan investasi.
  1. Efisiensi Operasional dan Penghematan Biaya
    Proses pengumpulan dan analisis data untuk pelaporan CDP sering kali mengidentifikasi area inefisiensi, sehingga perusahaan bisa melakukan penghematan melalui pengurangan konsumsi energi, air, dan limbah.
  1. Manajemen Risiko Lingkungan
    Carbon Disclosure Project mendorong perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko lingkungan, termasuk risiko fisik, regulasi, dan reputasi. Pendekatan proaktif ini membantu perusahaan lebih tangguh menghadapi perubahan iklim dan isu lingkungan lainnya.
  1. Kesiapan Terhadap Regulasi yang Berkembang
    CDP menawarkan pendekatan “write once, use many“, di mana satu pengungkapan dapat digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan pelaporan, meningkatkan efisiensi, dan memberikan keunggulan kompetitif dalam menghadapi regulasi yang semakin berkembang.

Singkatnya, Carbon Disclosure Project adalah standar global untuk pelaporan dampak lingkungan yang tidak hanya membantu perusahaan memenuhi tuntutan transparansi dan regulasi, tetapi juga memberikan manfaat nyata berupa peningkatan reputasi, efisiensi, akses modal, dan daya saing bisnis.

Tahukah Anda Update dan Hal Baru pada CDP 2025 baru-baru ini?

Carbon Disclosure Project telah merilis pembaruan untuk siklus pengungkapan tahun 2025 dengan fokus utama pada stabilitas platform, kejelasan metodologi, dan dukungan yang lebih baik bagi perusahaan dalam proses pelaporan lingkungan.

CDP 2025 memperkenalkan portal dan kuesioner terintegrasi yang menggabungkan semua tema (perubahan iklim, deforestasi, keamanan air, plastik, dan biodiversitas) dalam satu format. Ini bertujuan untuk menyederhanakan proses pelaporan dan mengurangi duplikasi data, sehingga perusahaan dapat lebih efisien dalam menyusun laporan.

CDP mempertahankan struktur kuesioner terpadu yang mencakup perubahan iklim, hutan, keamanan air, plastik, dan keanekaragaman hayati. Perubahan pada tahun 2025 bersifat minor, terutama untuk meningkatkan kejelasan dan konsistensi dalam penilaian.

CDP 2025 memberikan panduan, kuisioner, dan metodologi penilaian yang lebih spesifik untuk setiap entitas yang yaitu perusahaan, usaha kecil dan menengah, dan regional.

Selain pelaporan emisi, perusahaan kini didorong untuk mengungkapkan risiko dan peluang keuangan terkait perubahan iklim, mengikuti tren global pelaporan keuangan berkelanjutan.

Carbon Disclosure Project kini semakin selaras dengan IFRS S2. Perusahaan perlu memastikan bahwa pelaporan mereka telah sesuai dengan ketentuan tersebut. Emisi Scope 1 dan Scope 2 wajib diverifikasi 100% sejak tahun 2024. Ada tekanan lebih besar untuk transparansi emisi Scope 3, sehingga kolaborasi dengan pemasok dan mitra bisnis menjadi semakin penting.

Masalah atau Tantangan Baru Carbon Disclosure Project

  1. Kompleksitas data emisi
    Pengungkapan emisi Scope 1 dan 2 menjadi dasar penilaian dalam Carbon Disclosure Project. Kemudian ada Scope 3 (emisi tidak langsung dari rantai pasok) yang sangat kompleks karena membutuhkan data dari banyak pihak eksternal. Kami bisa membantu perusahaan integrasi data rantai pasok, platform digital untuk pelacakan Scope 1, 2, dan 3.
  1. Keterbatasan sumber daya dan keahlian internal
    Banyak perusahaan kekurangan SDM dan keahlian untuk melakukan penghitungan emisi dan pelaporan Carbon Disclosure Project secara akurat. Proses manual juga rawan kesalahan dan memakan waktu. Kami menawarkan konsultasi end-to-end, outsourcing tim pelaporan CDP, pelatihan internal, atau automasi pelaporan berbasis software.
  1. Perubahan standar dan adaptasi panduan
    Dengan adanya perubahan pada guidance terbaru, perusahaan perlu menyesuaikan proses pelaporan agar sesuai dengan ekspektasi CDP dan investor.
  1. Kebutuhan disclosure keuangan terkait iklim
    Perusahaan dituntut tidak hanya melaporkan emisi, tetapi juga risiko dan peluang keuangan akibat perubahan iklim. Kami menyediakan solusi konsultasi climate-related financial disclosure, integrasi pelaporan keuangan dan lingkungan, serta pelatihan bagi tim keuangan dan sustainability.

Tips Praktis untuk Persiapan Kuesioner CDP 2025: Mulai Lebih Awal, Siapkan Lebih Baik

Mulai Persiapan Sejak Dini

Kuesioner Carbon Disclosure Project memerlukan koordinasi antara berbagai divisi. Menunda persiapan hanya akan menciptakan hambatan dan menurunkan kualitas data. Mulailah dengan menyusun rencana kerja yang terstruktur, identifikasi pemilik data, dan buat timeline internal. Perencanaan terstruktur membantu menghindari hambatan dan meningkatkan kualitas data.

Awasi Tenggat Waktu yang Penting

Jangan sampai melewatkan batas waktu pengumpulan data. Alokasikan waktu yang cukup untuk review internal oleh manajemen atau tim ESG, proses verifikasi oleh pihak ketiga (jika diperlukan, terutama untuk emisi Scope 1 & 2), finalisasi dan unggahan dokumen ke sistem Carbon Disclosure Project.

Gunakan Panduan CDP Secara Maksimal

Carbon Disclosure Project menyediakan panduan teknis yang sangat membantu untuk setiap bagian dalam kuesioner serta penilaiannya. Pertimbangkan untuk membuat lembar kerja terstruktur yang memuat kategori, skor masing-masing, dan bobot penilaiannya.

Pastikan Konsistensi Laporan

Pastikan seluruh data disusun dalam format dan batas pelaporan yang seragam, serta jelas dinyatakan di awal pengisian. Perhatikan bagaimana pertanyaan disusun dan bukti yang diminta, pastikan untuk menjawab secara tepat sesuai dengan apa yang diminta oleh pertanyaan.

Jasa Perhitungan Karbon Bangunan dengan Faktor Emisi Nasional

Jasa Perhitungan Karbon Bangunan dengan Faktor Emisi Nasional

Jasa Perhitungan Karbon Bangunan dengan Faktor Emisi Nasional

Tingkatkan akurasi perhitungan konsumsi energi dan karbon sektor konstruksi bangunan dengan menggunakan faktor emisi nasional!

Sektor kontruksi bangunan tidak hanya memakan sumber daya dan energi yang besar, tetapi juga menghasilkan polutan termasuk emisi gas rumah kaca yang signifikan. Dengan industrialisasi dan urbanisasi yang terus meningkat, maka jumlah bangunan juga akan terus meningkat. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa bangunan yang dibangun adalah bangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Jasa Pendampingan Menyusun SBTi Perusahaan

Jejak Karbon dari Sektor Bangunan dan Konstruksi

Jejak karbon dalam sektor konstruksi bangunan berasal dari embodied carbon bahan bangunan dan emisi karbon saat operasional bangunan. Perhitungan jejak karbon suatu bangunan merupakan langkah penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.

Untuk mencapai pengurangan emisi, perlu dilakukan perhitungan jejak karbon bangunan. Perhitungan jejak karbon membantu meningkatkan pemahaman mengenai jumlah emisi yang dihasilkan oleh material bangunan dan membantu dalam pemilihan material bangunan yang lebih ramah lingkungan.

  • Apa itu embodied carbon?

Embodied carbon dari material bangunan adalah jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dari konsumsi energi yang digunakan selama ekstrasi, manufaktur, konstruksi dan pembongkaran transportasi yang digunakan selama produksi material bangunan.

  • Green Building dan Embodied Carbon

WorldGBC (World Green Building Council) adalah organisasi global yang terdiri dari jaringan Green Building Councils (GBCs) dari seluruh dunia. WorldGBC berfokus pada mempromosikan pembangunan berkelanjutan melalui pembangunan hijau dan pengurangan emisi karbon di sektor konstruksi. Dalam “Bringing Embodied Carbon Upfront” oleh WorldGBC mengemukakan visi baru yaitu:

  1. Pada tahun 2030, bangunan baru dan yang direnovasi harus mengurangi setidaknya 40% embodied carbon dengan pengurangan yang signifikan di awal dan semua operasional bangunan baru sudah mencapai net-zero.
  2. Pada tahun 2050, bangunan baru dan yang direnovasi harus mencapai net-zero embodied carbon, sementara

Penilaian Bangunan Gedung Hijau (BGH)

Dasar: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau

Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau (BGH) merupakan hal penting dalam menentukan peringkat (pratama, madya dan utama) dan penilaian (total 165 points) BGH. Penilaian kinerja dilakukan pada obyek bangunan gedung, hunian hijau masyarakat (H2M), dan kawasan hijau yang meliputi seluruh tahapan penyelenggaraan, mulai dari perencanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran. Penilaian kinerja juga berlaku baik untuk BGH yang baru maupun yang sudah ada, kawasan hijau baru atau yang sudah ada. Sementara untuk H2M, hanya diterapkan pada hunian hijau masyarakat yang sudah ada.

Tantangan dan Solusi dalam perhitungan jejak karbon material bangunan di Indonesia

Kami menawarkan solusi komprehensif untuk mengatasi tantangan ini bagi para pelaku usaha dan praktisi konstruksi bangunan seperti arsitek, developer, kontraktor, supplier dan produsen material bangunan serta para peneliti yang berkaitan dengan energi dan carbon material bangunan, dengan menyediakan:

Tenaga Ahli

Prof. Dr.Eng. Usep Surahman, S.T., M.T

Beliau adalah tenaga ahli dari UPI Bandung yang bergerak di bidang Teknologi dan Arsitektur Hemat Energi yang mana sudah berkecimpung selama lebih dari 20 tahun melakukan riset life cycle assessment (LCA) bangunan gedung. Beliau adalah satu-satunya di Indonesia yang memahami metoda perhitungan embodied energy dan carbon material bangunan serta memiliki database lengkap faktor emisi embodied energy dan CO2 dalam material gedung di Indonesia. Berbekal dengan segudang publikasi yang diakui oleh dunia akademik beliau banyak menelurkan referensi data embodied energy dan CO2 bangunan.

Selain mengajar dan meneliti beliau juga membantu perusahaan dalam melakukan pengukuran CO2. Beliau juga memiliki berbagai macam sertifikasi yang berkaitan dengan bangunan hijau, seperti:

  1. Greenship Associate (GA) dan Greenship Profesional (GP) dari Green Building Council Indonesia
  2. SertifikatGedung Bangunan Hijau (BGH) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

Dr.Eng. Arie Dipareza Syafei, ST., MEPM, IPM

Arie Dipareza Syafei bergerak di bidang pengelolaan kualitas udara dan emisi serta gas rumah kaca. Beliau memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang pengelolaan udara dan emisi serta 5 tahun dalam inventarisasi gas rumah kaca dan menjadi GHG Verificator berdasar ISO 14064. Pengalamannya tingkat nasional membantu dalam memberikan solusi kepada perusahaan. Beberapa pelatihan dan sertifikasi yang dimiliki diantaranya adalah GHG Lead Verifier based on ISO 14064 part 3, GHG Verification and Validation yang diselenggarakan oleh CSA Groups.

Ada Pertanyaan ? Hubungi Tim

Hubungi kami untuk mengetahui bagaimana kami dapat membantu Anda mengurangi emisi karbon bangunan Anda dan berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau.

PT. Actia Bersama Sejahtera

Jasa Pendampingan Menyusun SBTi Perusahaan

Jasa Pendampingan Menyusun SBTi Perusahaan

Jasa Pendampingan Menyusun SBTi Perusahaan

Science Based Targets initiative

Kontributor terbesar penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) adalah sektor ekonomi, sehingga perusahaan memiliki peran besar untuk melakukan pengurangan emisi GRK. Dengan banyaknya konsumen yang telah sadar, pentingnya menjaga lingkungan, hal ini harus menjadi perhatian perusahaan untuk membangun reputasi hijau mereka. Jika ingin tetap bertahan dan melakukan ekspansi pasar.

Actia hadir untuk membantu dan menjadi solusi bagi perusahaan Anda dalam menetapkan SBTi yang efisien untuk  pengurangan emisi GRK dan pelaporannya. Peroleh manfaat lebih dan bekerjasama dengan ahli sustainability kami.

Berdasarkan Science Based Targets sebanyak 8.658 organisasi telah mengikuti SBTi, dan 5.436 organisasi targetnya telah tervalidasi oleh SBTi.

APA YANG DIMAKSUD SBTi?

Science-Based Targets (SBT) adalah sebuah organisasi yang menyediakan panduan, standar, dan alat untuk membantu perusahaan menetapkan target pengurangan emisi GRK untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim dan dapat mencapai net-zero pada tahun 2050.

MANFAAT SBTi BAGI PERUSAHAAN:

Memang selain berkontribusi untuk mencegah dampak buruk krisis iklim dan membangun reputasi hijau bagi perusahaan, manfaat lain apa yang diperoleh oleh perusahaan?

Dengan perusahaan mampu menangani risiko-risiko ESG secara efektif, mampu menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan Anda. Banyak investor menyadari bahwa risiko-risiko ESG dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Bagaimana tahapan/langkah perusahaan untuk berkomitmen pada SBTi? Ada lima langkah yang harus perusahaan Anda lakukan dalam menetapkan SBT:

Commit

Mengirimkan surat pernyataan komitmen untuk menetapkan target pengurangan emisi berbasis sains.

Develop

Menyusun target pengurangan emisi yang sejalan dengan kriteria SBTi

Submit

Mengirimkan target perusahaan Anda untuk dilakukan validasi resmi oleh SBTi.

Communicate

Mengumumkan dan mengkomunikasikan target yang telah divalidasi kepada para stakeholder.

Disclose

Laporkan emisi seluruh perusahaan dan lacak progress target setiap tahunnya.

MULAI LANGKAH PERUSAHAAN ANDA UNTUK MENENTUKAN TARGET DAN PENGURANGAN EMISI DENGAN AKURAT BERSAMA ACTIA, MENGAPA KAMI?

Actia memiliki tim yang kompeten dan andal yang akan bekerja sama dengan perusahaan Anda untuk membantu upaya SBT Anda. Kami akan memberikan panduan dan bantuan di setiap langkah penyusunan SBT Anda:

Platform perhitungan jejak karbon (actiacarbon.com)

Target penurunan emisi untuk Scope 1 hingga Scope 3 dan menentukan target SBT jangka pendek

Penetapan target net-zero jangka panjang (batasan target, tahun target, dan metodologi) berdasarkan Standar Net-Zero SBTi.

Menentukan dan implementasi program net-zero SBTi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda.

Proses pengajuan dan validasi dengan SBTi.

Kami memiliki pengalaman dalam perhitungan GRK, langkah pengurangan emisi, dan metode implementasi di Scope 1 hingga Scope 3 yang menjadi inti dari penyusunan SBT.

BAGAIMAN KAMI MEMBANTU?

Pelatihan Perusahaan

Actia dapat memberikan pelatihan yang perusahaan Anda perlukan mengenai ESG.

Pendampingan

Memberikan pendampingan dan membantu proses SBT perusahaan Anda

Pengembangan

Mengembangkan rencana penurunan emisi perusahaan Anda

inventarisasi

Melakukan Scope 1 hingga Scope 3 dan pengumpulan data yang menunjang dalam proses SBT

identifikasi dan Implementasi

Melakukan identifikasi secara menyeluruh tantangan serta peluang dalam penyusunan SBT dan implementasi di perusahaan Anda.

Proses pengajuan

Membantu proses pengajuan ke SBTi

Jadi, Kapan Anda harus menetapkan TARGET Anda? Jawabannya adalah SEKARANG.

Mudahkan proses perhitungan dan tracking emisi Anda dengan platform yang kami sediakan, dengan data faktor emisi yang terus diperbaharui. ACTIA dengan senang hati membantu Anda melalui proses tersebut dan memberikan peluang perusahaan Anda untuk terus tumbuh di masa depan dan sekaligus membantu mitigasi perubahan iklim.

Pelatihan How to Create Carbon Project

Pelatihan How to Create Carbon Project

Pelatihan How to Create Carbon Project

How to Create Carbon Project

Mengubah Tantangan Lingkungan Menjadi Peluang Bisnis Berkelanjutan

Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu, tapi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup kita. Gelombang panas ekstrem, banjir bandang, kekeringan berkepanjangan – dampaknya sudah kita rasakan di mana-mana. Tapi, tahukah Anda bahwa ada cara untuk tidak hanya berkontribusi pada solusi, tapi juga mendapatkan manfaat dari aksi nyata? Jawabannya ada pada proyek karbon.

Proyek Karbon (Carbon Project): Lebih dari Sekadar Menanam Pohon

Mungkin Anda pernah mendengar istilah “proyek karbon” atau “kredit karbon.” Tapi, apa sih sebenarnya proyek karbon itu? Sederhananya, proyek karbon adalah kegiatan yang dirancang khusus untuk mengurangi jumlah gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Gas-gas seperti karbon dioksida (CO2) inilah yang memerangkap panas matahari dan menyebabkan pemanasan global, biang keladi perubahan iklim.

Jangan salah, proyek karbon (carbon project) itu jauh lebih luas daripada sekadar menanam pohon di hutan, meskipun itu memang salah satu contoh yang populer. Ada berbagai macam cara untuk “menangkap” karbon dan mencegahnya lepas ke atmosfer:

  • Menjaga Hutan yang Sudah Ada: Bayangkan hutan sebagai “paru-paru” bumi. Hutan yang sehat menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis. Melindungi hutan dari penebangan liar dan kerusakan berarti kita menjaga agar “paru-paru” ini tetap berfungsi dengan baik. Ini disebut rehabilitasi dan konservasi.
  • Menanam Pohon di Lahan Kosong: Mengubah lahan gersang atau bekas tambang menjadi hutan baru (reforestasi/aforestasi) menciptakan “pabrik” penyerap karbon tambahan. Setiap pohon yang tumbuh adalah pahlawan kecil yang memerangi perubahan iklim.
  • Beralih ke Energi Terbarukan: Pembangkit listrik tenaga batu bara atau minyak bumi adalah sumber emisi GRK yang sangat besar. Menggantinya dengan sumber energi bersih seperti matahari, angin, atau air (tenaga surya, kincir angin, PLTA) adalah langkah raksasa untuk mengurangi jejak karbon kita.
  • Menggunakan Energi dengan Lebih Cerdas: Efisiensi energi itu penting! Menggunakan lebih sedikit energi untuk melakukan hal yang sama berarti mengurangi emisi. Contoh sederhana? Mengganti lampu bohlam dengan lampu LED yang hemat energi. Di skala industri, meningkatkan efisiensi mesin pabrik bisa memberikan dampak yang signifikan.
  • Mengolah Sampah dengan Bijak: Sampah organik yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) menghasilkan metana, gas rumah kaca yang jauh lebih “jahat” daripada CO2. Mengolah sampah menjadi kompos atau biogas (sumber energi) adalah cara cerdas untuk mengurangi emisi dan menghasilkan manfaat lain.
  • Blue Carbon: Kekuatan Tersembunyi Lautan: Blue carbon adalah istilah untuk karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir dan laut. Hutan bakau (mangrove), padang lamun, dan rawa payau adalah “jagoan” dalam menyerap dan menyimpan karbon, bahkan lebih efektif daripada hutan di daratan! Melindungi ekosistem ini sangat penting.

Membuat proyek karbon memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi bukan berarti tidak mungkin! 

Ayo Bergerak Bersama Actia Carbon!

Kami menyelenggarakan pelatihan “How to Create Carbon Project” yang akan membekali Anda dengan semua yang Anda butuhkan untuk merancang, melaksanakan, dan mengelola proyek karbon yang sukses.

Pelatihan “How to Create Carbon Project”

  • Tanggal: 24-25 Juni 2025
  • Waktu: 09:00 – 16:00
  • Biaya: Rp 4.000.000

Jangan tunda lagi, ambil kesempatan ini!

Implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK) untuk Blue Carbon

Implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK) untuk Blue Carbon

Ekosistem pesisir dan laut Indonesia, yang dikenal sebagai blue carbon, menyimpan potensi besar dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Selain manfaat ekologisnya yang luar biasa, ekosistem ini juga memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Lalu, bagaimana implementasi nilai ekonomi karbon (NEK) dapat membantu untuk mengoptimalkan potensi blue carbon di Indonesia? Kita akan melihat bagaimana NEK dapat mendorong pengelolaan ekosistem blue carbon yang berkelanjutan dan berkontribusi pada pencapaian target iklim nasional.

Nilai Ekonomi Karbon: pengelolaan dan restorasi ekosistem blue carbon

Nilai ekonomi karbon (NEK) adalah konsep yang memberikan nilai moneter pada emisi gas rumah kaca yang dihindari atau diserap. Dengan memberikan nilai ekonomi pada karbon, NEK menciptakan insentif untuk mengurangi emisi dan meningkatkan penyerapan karbon, termasuk melalui pengelolaan dan restorasi ekosistem blue carbon.

Indonesia telah memiliki landasan hukum yang kuat untuk implementasi NEK melalui Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon. Perpres ini memandatkan pengembangan NEK dan memasukkan sektor kelautan dan pesisir ke dalam konteks NDC. Perpres 98/2021 juga mengatur berbagai mekanisme NEK, seperti perdagangan emisi, offset emisi, pembayaran berbasis hasil (result-based payment), dan pungutan atas karbon.

Peluang dan Tantangan Implementasi NEK untuk Blue Carbon

Implementasi NEK untuk blue carbon di Indonesia menawarkan berbagai peluang, antara lain:

  • Pendanaan untuk konservasi dan restorasi: NEK dapat menjadi sumber pendanaan yang berkelanjutan untuk kegiatan konservasi, restorasi, dan pengelolaan berkelanjutan ekosistem blue carbon.
  • Insentif bagi masyarakat lokal: Melalui skema pembayaran berbasis hasil, masyarakat lokal yang terlibat dalam pengelolaan ekosistem blue carbon dapat memperoleh manfaat ekonomi langsung, sehingga meningkatkan motivasi mereka untuk menjaga kelestarian ekosistem.
  • Peningkatan investasi di sektor kelautan dan perikanan: NEK dapat menarik investasi dari sektor swasta untuk mendukung proyek-proyek blue carbon yang berkelanjutan.
  • Dukungan terhadap pencapaian NDC: Pendanaan yang diperoleh dari NEK dapat digunakan untuk mendukung berbagai aksi mitigasi dan adaptasi di sektor kelautan dan perikanan, sehingga berkontribusi pada pencapaian target NDC.

Namun, perjalanan menuju implementasi NEK untuk blue carbon yang efektif bukannya tanpa hambatan. Salah satu tantangan utama adalah belum lengkapnya metodologi untuk menghitung serapan dan simpanan karbon di beberapa ekosistem blue carbon, terutama karbon yang tersimpan di dalam tanah.

Ketersediaan data yang akurat dan terkini mengenai luas, kondisi, dan potensi serapan karbon dari ekosistem blue carbon juga masih terbatas, menghambat perhitungan yang presisi. Selain itu, dibutuhkan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengukuran, pelaporan, dan verifikasi (MRV) untuk karbon biru, serta koordinasi yang solid antar berbagai pemangku kepentingan, mulai dari kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah, masyarakat lokal, sektor swasta, hingga organisasi non-pemerintah. Penentuan mekanisme NEK harus tepat, di mana mekanisme tersebut harus mampu memberikan insentif yang efektif, adil, dan transparan, sesuai dengan karakteristik unik ekosistem karbon biru dan konteks sosial-ekonomi di Indonesia.

Guna memaksimalkan peluang dan mengatasi berbagai tantangan tersebut. Pengembangan metodologi MRV yang kuat dan diakui secara internasional menjadi prioritas utama, dan ini membutuhkan kerja sama erat antara lembaga penelitian, akademisi, dan pemerintah. Penguatan sistem data dan informasi melalui investasi dalam pengumpulan data dan pengembangan sistem informasi yang terintegrasi juga tak kalah penting. Program-program peningkatan kapasitas harus digalakkan untuk meningkatkan keahlian dalam MRV, pengelolaan ekosistem karbon biru, dan implementasi NEK secara menyeluruh. Penguatan kerangka kelembagaan melalui koordinasi yang efektif antar lembaga dan pembagian peran yang jelas menjadi fondasi yang esensial.

Sebagai langkah awal, implementasi NEK untuk blue carbon dapat dimulai dengan proyek-proyek percontohan di beberapa lokasi terpilih. Pembelajaran dari proyek-proyek percontohan ini akan menjadi bekal berharga untuk pengembangan dan penyempurnaan mekanisme NEK di masa mendatang. Tak kalah penting, kontribusi masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan pihak swasta dalam perencanaan dan pelaksanaan program terkait karbon biru menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan dan pemerataan manfaat.

Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi blue carbon melalui implementasi NEK, mendukung pencapaian NDC, dan mendorong pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut. Actia bergerak di bidang carbon management, siap membantu Anda memahami NEK, blue carbon, dan apapun kebutuhan Anda. Implementasi NEK yang efektif untuk blue carbon akan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan bagi Indonesia, serta berkontribusi pada upaya global dalam menanggulangi perubahan iklim. Keberhasilan implementasi ini akan menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dalam memimpin dengan memberi contoh (leading by examples) dalam diplomasi lingkungan hidup dan perubahan iklim.

Strategi Blue Carbon Mencapai Target Netral Karbon 2050 dan Kontribusi terhadap NDC

Strategi Blue Carbon Mencapai Target Netral Karbon 2050 dan Kontribusi terhadap NDC

NDC dalam Paris Agreement pada tahun 2015, dunia berpacu untuk menekan laju kenaikan suhu bumi. Awalnya, target yang ditetapkan adalah menjaga kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi tidak lebih dari 2 derajat Celcius. Namun, studi dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa target tersebut tidak cukup. Untuk meminimalkan risiko dan biaya yang ditimbulkan, kenaikan suhu harus ditekan hingga maksimal 1,5 derajat Celcius. Laporan terbaru IPCC pada tahun 2022 semakin mempertegas urgensi ini, memaksa dunia untuk beralih dari skenario 2 derajat Celcius ke 1,5 derajat Celcius.

Perubahan target ini memberikan tantangan besar bagi seluruh negara, termasuk Indonesia. Terlebih lagi, situasi global yang tidak menentu, seperti pertumbuhan ekonomi yang melambat, konflik geopolitik, dan krisis energi, semakin memperumit upaya penanggulangan perubahan iklim.

Respon Global dan Tekanan terhadap Negara Berkembang

Menghadapi tantangan ini, komunitas internasional merespons dengan berbagai langkah. Forum G7, G20, dan Conference of the Parties (COP) UNFCCC mendorong percepatan transisi energi. Net Zero Emission, yang awalnya hanya himbauan, kini didesak untuk menjadi komitmen, meskipun hingga saat ini belum menjadi target resmi UNFCCC.

Tekanan juga dirasakan oleh negara-negara berkembang, khususnya yang tergabung dalam G20 seperti Indonesia, Cina, India, dan Brazil. Negara-negara ini dituntut untuk berkontribusi lebih dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca, setara dengan negara maju. Hal ini menjadi dilema tersendiri. Protokol Kyoto, yang berlaku sebelum tahun 2020, membedakan tanggung jawab antara negara maju (Annex I) dan negara berkembang (Non-Annex I). Negara berkembang, termasuk Indonesia, memiliki kewajiban pengurangan emisi yang bersifat sukarela, sementara negara maju bersifat wajib. Dalam kerangka Persetujuan Paris, semua negara kini memiliki kewajiban yang sama.

Indonesia, di berbagai kesempatan, menegaskan komitmennya untuk berbagi tanggung jawab (burden sharing), tetapi menolak pemindahan tanggung jawab (burden shifting). Sebagai negara yang baru mulai mengemisikan gas rumah kaca setelah revolusi industri, Indonesia berpendapat bahwa tanggung jawabnya seharusnya lebih ringan dibandingkan negara maju yang telah mengemisi sejak jauh lebih lama.

Indonesia Memimpin dengan Memberi Contoh: Aksi Nyata dalam Penanggulangan Perubahan Iklim

Dalam diplomasi lingkungan, Indonesia mengusung prinsip “leading by examples”. Setiap kertas posisi yang disampaikan Indonesia selalu didasarkan pada aksi nyata di lapangan. Sejak Persetujuan Paris, Indonesia telah menyampaikan empat dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).

  • 2015: Intended NDC disampaikan sebelum ratifikasi.
  • 2016: First NDC disampaikan setelah ratifikasi, dengan komitmen pengurangan emisi 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan internasional.
  • 2021: Updated NDC disampaikan dengan komitmen yang sama (29% dan 41%), namun memasukkan sektor kelautan dalam adaptasi.
  • 2022: Enhanced NDC disampaikan sebelum COP27 di Sharm El Sheikh, meningkatkan ambisi menjadi 31,89% dengan upaya sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional.

Selain NDC, Indonesia juga menyampaikan dokumen Indonesia REDD+ National, Adaptation Communication, dan telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon, dan Peraturan Presiden Nomor 129 Tahun 2022 tentang Ratifikasi Amandemen Kigali. Ratifikasi Amandemen Kigali ini memungkinkan Indonesia untuk memasukkan HFC (Hidrofluorokarbon) dalam perhitungan gas rumah kaca, yang sebelumnya hanya mencakup CO2, CH4, dan N2O.

Peran Strategis Ekosistem Laut dan Pesisir: Menuju NDC Kedua

Isu kelautan bukanlah hal baru dalam UNFCCC. Sejak awal, ekosistem pesisir dan laut (coastal and marine ecosystem) telah diakui sebagai bagian penting, sejajar dengan ekosistem daratan (terrestrial ecosystem). Pada Persetujuan Paris 2015, perlindungan keanekaragaman hayati laut ditegaskan sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya perubahan iklim.

Indonesia, bersama negara-negara kepulauan kecil, mengajukan proposal pada COP25 di Madrid (2019) agar isu kelautan dibahas lebih lanjut dalam UNFCCC. Hasilnya, pada COP26 di Glasgow (2021), disepakati penyelenggaraan dialog tentang iklim dan laut. Meskipun belum menjadi elemen negosiasi, ini merupakan langkah maju yang penting.

Dalam Enhanced NDC, Indonesia telah memasukkan isu kelautan dalam elemen adaptasi, yang mencakup ketahanan ekonomi, ketahanan lanskap, dan ketahanan mata pencaharian. Namun, untuk mitigasi, ekosistem pesisir, termasuk mangrove, belum dimasukkan secara penuh. Mangrove baru dimasukkan dalam sektor FOLU (Forest and Other Land Use) sebatas tutupan mangrove sebagai hutan, belum memperhitungkan karbon yang tersimpan di bawah tanah dan dalam endapan.

Tantangan dan Langkah Selanjutnya

Indonesia telah memasukkan blue carbon (karbon biru) dalam inventarisasi gas rumah kaca, meskipun masih terbatas. Hal ini disebabkan oleh belum lengkapnya pedoman (guidelines) dari IPCC terkait metodologi perhitungan blue carbon. Saat ini, Indonesia baru bisa memasukkan mangrove sebagai hutan dalam sektor FOLU.

Tantangan utama saat ini adalah mengembangkan metodologi yang akurat untuk menghitung karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir lainnya, seperti padang lamun (seagrass) dan rawa pasang surut (tidal marsh). Selain itu, diperlukan data series dan monitoring yang berkelanjutan untuk ekosistem-ekosistem tersebut.

Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat untuk mencapai target NDC, serta dalam penanggulangan perubahan iklim, termasuk melalui strategi blue carbon. Meskipun masih terdapat berbagai tantangan, langkah-langkah yang telah diambil menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai target NDC dan berkontribusi pada upaya global menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius. Dengan terus mengembangkan metodologi, memperkuat kapasitas, dan menjalin koordinasi antar pemangku kepentingan,

Indonesia berpotensi dalam pemanfaatan blue carbon untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Actia, bergerak di bidang carbon management, siap membantu segala kebutuhan Anda. Ke depannya penting untuk terus memperkuat upaya-upaya ini, tidak hanya fokus pada aspek penurunan emisi dan perdagangan karbon, tetapi juga pada penguatan ketahanan iklim melalui perlindungan dan pemulihan ekosistem pesisir dan laut.

Training: Introduction to Environmental, Social, and Governance (ESG)

Training: Introduction to Environmental, Social, and Governance (ESG)

Training Introduction to Environmental, Social, and Governance (ESG)

Perubahan iklim semakin nyata dengan bencana alam yang kian sering terjadi, seperti banjir dan kebakaran hutan. Di sisi lain, masyarakat semakin kritis terhadap perusahaan yang tidak peduli pada keberlanjutan atau memiliki tata kelola yang kurang transparan.

Komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060 adalah langkah besar yang membawa dampak langsung pada dunia bisnis. Regulasi yang semakin ketat terkait energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan emisi karbon membuat perusahaan perlu segera beradaptasi. Selain itu, isu sosial juga menjadi sorotan yang tidak bisa diabaikan.

Mengapa hal ini penting? Karena perusahaan yang tidak peduli terhadap ESG berisiko kehilangan kepercayaan dari konsumen, investor, bahkan karyawan mereka sendiri. Sebaliknya, perusahaan yang mulai menerapkan prinsip ESG akan lebih unggul, serta memperkuat reputasi mereka.

Menerapkan ESG bukan hanya soal mengikuti tren, tetapi soal bertahan dan berkembang di tengah perubahan zaman. Actia dapat membantu Anda memulai langkah penting ini dengan pelatihan ESG yang dirancang khusus untuk kebutuhan perusahaan di Indonesia.

ESG adalah kerangka kerja yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai dampak operasional mereka terhadap lingkungan, masyarakat, dan tata kelola perusahaan. Ketiga aspek utama ESG meliputi:

  1. Environmental (Lingkungan):
    Berfokus pada bagaimana perusahaan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pengurangan emisi karbon, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah.
  2. Social (Sosial):
    Melibatkan hubungan perusahaan dengan komunitas, karyawan, dan pelanggan. Ini mencakup inklusivitas, hak asasi manusia, kesejahteraan karyawan, dan kontribusi kepada masyarakat.
  3. Governance (Tata Kelola):
    Berhubungan dengan praktik kepemimpinan, transparansi, etika, dan akuntabilitas dalam perusahaan.

Dengan mengadopsi prinsip ESG, perusahaan tidak hanya memenuhi standar keberlanjutan tetapi juga memperkuat reputasi mereka di mata investor, pelanggan, dan masyarakat luas.

Di tengah isu global seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan kebutuhan akan tata kelola yang lebih baik, ESG menjadi alat strategis yang tidak dapat diabaikan. Berikut adalah alasan utama mengapa ESG penting:

  1. Keberlanjutan Bisnis:
    Perusahaan yang berinvestasi pada ESG cenderung lebih tahan terhadap risiko lingkungan dan sosial, menjamin keberlanjutan jangka panjang.
  2. Daya Saing di Pasar:
    Konsumen dan investor kini lebih peduli terhadap dampak sosial dan lingkungan dari produk atau layanan yang mereka pilih. ESG menjadi faktor pembeda.
  3. Manajemen Risiko:
    ESG membantu perusahaan mengidentifikasi potensi risiko lebih awal, seperti regulasi lingkungan baru atau tuntutan dari masyarakat.
  4. Akses Modal Lebih Mudah:
    Banyak investor global yang lebih memilih untuk berinvestasi ke perusahaan yang memenuhi kriteria ESG.

Dengan ESG, perusahaan bukan hanya menjalankan bisnis, tetapi juga ikut menciptakan dunia yang lebih baik.

Jawabannya adalah YA! ESG memberikan banyak manfaat langsung bagi perusahaan:

  • Pengurangan Biaya Operasional: Dengan efisiensi energi dan pengelolaan sumber daya yang lebih baik, perusahaan dapat menghemat biaya.
  • Meningkatkan Reputasi, Daya Jual dan Kepercayaan Konsumen : Publik cenderung mendukung perusahaan dengan nilai-nilai keberlanjutan.
  • Kinerja Keuangan yang Lebih Baik: Studi menunjukkan bahwa perusahaan dengan skor ESG tinggi sering kali memiliki pengembalian investasi yang lebih besar.
  • Hubungan Kerja yang Lebih Baik: Perusahaan yang memperhatikan karyawan mereka, seperti menyediakan lingkungan kerja yang inklusif, cenderung memiliki produktivitas yang lebih tinggi.

Melalui penerapan ESG, Anda tidak hanya memperkuat perusahaan Anda, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih adil dan lingkungan yang lebih sehat.

Training dari Actia: Pilihan Tepat untuk Anda

Kami memahami bahwa menerapkan ESG bukanlah hal yang sederhana. Itulah mengapa Actia hadir dengan training khusus yang dirancang untuk membantu Anda memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ESG secara praktis.

Trainer Berpengalaman

Diajarkan langsung oleh pakar ESG yang telah memiliki pengalaman luas dalam industri.

Materi Relevan

Fokus pada studi kasus nyata dan alat praktis yang dapat langsung Anda terapkan.

Fleksibel

Pelatihan virtual yang memungkinkan Anda belajar dari mana saja.

Detail Training to Environmental, Social, and Governance (ESG)

Detail Training

Manfaat Mengikuti Training Ini

Dengan mengikuti training ESG dari Actia, Anda akan:

  • Memahami prinsip ESG.
  • Menambah kemampuan untuk menyusun strategi ESG yang efektif.
  • Meningkatkan reputasi perusahaan Anda di mata pemangku kepentingan.
  • Siap menghadapi tantangan global dengan solusi yang relevan.

Apa yang Akan Anda Pelajari?

  1. Dasar-Dasar ESG: Memahami konsep utama, tren global, dan relevansi ESG dalam bisnis.
  2. Pengukuran dan Pelaporan: Belajar cara mengukur dampak ESG dan melaporkannya sesuai standar internasional.
  3. Strategi Implementasi: Langkah-langkah strategis untuk mengintegrasikan ESG ke dalam proses bisnis Anda.
  4. Studi Kasus: Contoh penerapan ESG yang sukses di berbagai industri.
Training to Environmental, Social, and Governance (ESG)

Jangan lewatkan kesempatan untuk membawa perusahaan Anda ke level selanjutnya. Kuota terbatas, segera daftarkan diri Anda sekarang juga!

Apa yang anda dapat?

Hubungi Medy Anggita di 081515788893 untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran.

PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA

Office 1 – Lantai 18, Office 8 – Senopati Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Office 2 – Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

 

Hubungi Kami

PT Actia Bersama Sejahtera – Support oleh Dokter Website