Konsultan Penyusun Science Based Targets Initiative (SBTi) Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Konsultan Penyusun Science Based Targets Initiative (SBTi) Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Perubahan iklim yang terjadi saat ini dapat kita rasakan dampaknya, menuntut industri dan para pelaku usaha harus bergerak cepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan target pengurangan emisi yang berbasis ilmu pengetahuan melalui Science Based Targets Initiative (SBTi). Di sini, kita akan membahas tentang industri barang dari gips untuk konstruksi, proses kegiatan industri ini, contoh produk, sumber emisi GRK, fungsi dan keuntungan memiliki SBTi, serta contoh perusahaan yang bergerak di sektor ini.

 

Science Based Targets Initiative (SBTi) untuk Industri di Indonesia

SBTi adalah kerangka kerja yang membantu perusahaan menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca yang berbasis pada sains, selaras dengan tujuan Perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5°C.

Science Based Targets Initiative (SBTi) memberikan panduan bagi industri untuk menetapkan target pengurangan emisi yang ambisius dan berbasis ilmiah. Bagi industri barang dari gips untuk konstruksi, SBTi membantu dalam mengidentifikasi area-area kritis dimana emisi dapat dikurangi secara signifikan. Dengan menetapkan target ini, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada upaya global untuk memerangi perubahan iklim, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing mereka di pasar.

 

Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Industri dengan kode KBLI 23954 mencakup pembuatan barang dari gips yang digunakan dalam konstruksi, seperti papan, lembaran, panel, dan lain-lain. Selain itu, kelompok ini juga mencakup industri bahan bangunan dari substansi tumbuh-tumbuhan seperti wol kayu, alang-alang, jerami, yang disatukan dengan plester gips. Produk-produk ini digunakan secara luas dalam konstruksi bangunan, baik untuk keperluan struktural maupun dekoratif.

 

Proses Produksi Barang dari Gips untuk Konstruksi

Proses produksi barang dari gips melibatkan beberapa tahapan utama:

  1. Penambangan Gips: Bahan baku gips diperoleh dari tambang gips yang terletak di berbagai wilayah.
  2. Penghancuran dan Penggilingan: Gips mentah dihancurkan dan digiling untuk menghasilkan bubuk gips dengan ukuran partikel yang sesuai.
  3. Pemanasan (Kalsinasi): Bubuk gips kemudian dipanaskan pada suhu tinggi untuk mengurangi kandungan air dan mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil.
  4. Pencampuran dan Pembentukan: Bubuk gips yang telah dikalsinasi dicampur dengan air dan bahan tambahan lainnya untuk membentuk adonan. Adonan ini kemudian dicetak menjadi berbagai bentuk seperti papan, lembaran, dan panel.
  5. Pengeringan dan Pengerasan: Produk yang telah dicetak dikeringkan dan dikeraskan untuk mencapai kekuatan dan stabilitas yang diinginkan.
  6. Finishing: Produk akhir diberi finishing sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan, seperti pemotongan, pelapisan, atau pengecatan.

 

Contoh Produk dan Kegunaannya

Beberapa produk yang dihasilkan oleh industri barang dari gips untuk konstruksi meliputi:

  • Papan Gipsum: Digunakan untuk dinding dan langit-langit interior.
  • Panel Gipsum: Digunakan untuk partisi ruangan dan plafon.
  • Gipsum Blok: Digunakan untuk dinding non-struktural.
  • Dekorasi Gipsum: Digunakan untuk elemen dekoratif seperti cornice dan medali.

Produk-produk ini digunakan karena sifatnya yang mudah dibentuk, ringan, tahan api, dan memiliki insulasi suara yang baik.

 

Sumber Emisi Gas Rumah Kaca dari Industri Barang Gips untuk Konstruksi

Industri barang dari gips untuk konstruksi merupakan salah satu industri yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Emisi ini berasal dari berbagai tahapan produksi hingga distribusi. Berikut penjelasan mengenai contoh sumber emisi gas rumah kaca (GRK) dalam industri ini:

  1. Penambangan: Penambangan bahan baku gips biasanya memerlukan penggunaan alat berat yang menggunakan bahan bakar fosil.
  2. Penghalusan (Crusher): Proses penghalusan batu gips menjadi bubuk gips memerlukan energi yang cukup besar. Mesin crusher yang digunakan biasanya beroperasi dengan tenaga listrik, yang sumber listriknya seringkali berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
  3. Kalsinasi: Kalsinasi adalah proses pemanasan gips untuk menghilangkan air dan mengubahnya menjadi kalsium sulfat hemihidrat. Proses ini membutuhkan energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara, gas, berpotensi menghasilkan emisi CO2.
  4. Pengeringan: Setelah proses kalsinasi, bubuk gips perlu dikeringkan untuk mengurangi kadar air. Proses pengeringan ini juga memerlukan alat dan energi tambahan yang dapat menghasilkan emisi. Misalnya penggunaan oven pengering yang menggunakan bahan bakar fosil atau listrik dari sumber non-renewable berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.
  5. Pemotongan: Proses pemotongan produk akhir gips menjadi ukuran yang diinginkan juga memerlukan energi, biasanya dalam bentuk listrik. Penggunaan mesin pemotong yang efisien energi dapat mengurangi emisi, namun jika sumber listriknya berasal dari fosil, tetap akan menghasilkan emisi CO2.
  6. Transportasi dan Distribusi: Transportasi bahan baku dari lokasi penambangan ke pabrik maupun distribusi barang jadi dari pabrik ke lokasi konstruks juga menghasilkan emisi gas rumah kaca.

 

Cara Mengatasi atau Mengurangi Dampak Negatif Terhadap Lingkungan

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif industri gipsum terhadap lingkungan:

  1. Penggunaan Energi Terbarukan: Mengganti sumber energi fosil dengan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin.
  2. Efisiensi Energi: Meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses produksi.
  3. Teknologi Ramah Lingkungan: Mengadopsi teknologi yang lebih bersih dan ramah lingkungan dalam proses produksi.
  4. Manajemen Limbah: Mengelola limbah produksi dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
  5. Transportasi Ramah Lingkungan: Menggunakan kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk transportasi bahan baku dan produk.

 

Keuntungan Memiliki Science Based Targets Initiative (SBTi) untuk Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Manfaat dari memiliki SBTi dalam industri barang dari gips untuk konstruksi meliputi:

  1. Memperkuat Citra Perusahaan: Menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata pelanggan, investor, dan pemangku kepentingan lainnya.
  2. Mematuhi Peraturan: Membantu perusahaan mematuhi peraturan lingkungan yang semakin ketat dan mengurangi risiko terkena sanksi.
  3. Efisiensi Operasional: Mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik efisiensi energi yang dapat mengurangi biaya operasional.

 

Perusahaan di Sektor Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

Berikut adalah beberapa perusahaan yang bergerak di sektor industri barang dari gips untuk konstruksi:

  1. PT. Knauf Plasterboard Indonesia: Memproduksi papan gipsum, lembaran gipsum, dan aksesori terkait.
  2. PT Siam-Indo Gypsum Industry: Menghasilkan papan gipsum untuk dinding dan langit-langit.
  3. PT Aplus Pacific: Memproduksi papan gipsum dan bahan bangunan lainnya.
  4. PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia: Memproduksi sistem plafon dan dinding dari gipsum.
  5. PT Holcim Indonesia: Memproduksi barang dari gips. Gips digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan semen, dan dicampur dengan klinker pada penggilingan akhir

 

Menyusun Science Based Targets Initiative (SBTi) Bersama Actia

Actia dapat membantu industri gipsum dalam menyusun dan mengimplementasikan Science Based Targets Initiative (SBTi) melalui berbagai layanan:

  1. Analisis Baseline Emisi: Mengidentifikasi dan menghitung emisi GRK saat ini dari seluruh operasi perusahaan.
  2. Penetapan Target: Membantu perusahaan menetapkan target pengurangan emisi yang sesuai dengan standar SBTi.
  3. Pengembangan Strategi: Merancang strategi dan rencana aksi untuk mencapai target pengurangan emisi.
  4. Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas: Memberikan pelatihan dan pengembangan kapasitas kepada staf perusahaan untuk memastikan keberhasilan implementasi SBTi.
  5. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala untuk memastikan bahwa perusahaan tetap berada di jalur yang benar dalam mencapai target mereka.
  6. Laporan dan Komunikasi: Membantu perusahaan dalam menyusun laporan kemajuan dan berkomunikasi dengan stakeholder mengenai upaya keberlanjutan mereka.

 

Fungsi Science Based Targets Initiative (SBTi) untuk Industri Barang dari Gips untuk Konstruksi

  1. Menetapkan Target Pengurangan Emisi: Membantu perusahaan menetapkan target pengurangan emisi yang berbasis sains dan konsisten
  2. Menyediakan Panduan Teknis: Memberikan panduan teknis mengenai cara mengukur, melaporkan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
  3. Validasi Target: Memastikan bahwa target yang ditetapkan perusahaan telah divalidasi dan sesuai dengan metodologi SBTi.
  4. Memastikan Ketaatan Peraturan: Dengan mengikuti panduan SBTi, perusahaan dapat memastikan bahwa mereka mematuhi peraturan lingkungan yang semakin ketat.
  5. Meningkatkan Citra Perusahaan: Memiliki target yang diakui oleh SBTi dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata konsumen dan investor yang peduli lingkungan.
  6. Mengurangi Risiko: Dengan mengelola emisi secara proaktif, perusahaan dapat mengurangi risiko terkait perubahan iklim, seperti risiko regulasi dan risiko reputasi.

 

Apakah perusahaan Anda merupakan industri barang dari gipsum dan membutuhkan bantuan untuk menyusun Science Based Targets Initiative (SBTi)? Klik di sini, Actia siap membantu.

 

PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA

Office 1 – Lantai 18, Office 8 – Senopati Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Office 2 – Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

 

Hubungi Kami

PT Actia Bersama Sejahtera – Support oleh Dokter Website