Jasa Perhitungan Gas Rumah Kaca Scope 3 untuk Sektor Industri Pupuk

Jasa Perhitungan Gas Rumah Kaca Scope 3 untuk Sektor Industri Pupuk

Industri pupuk di Indonesia dimulai pada tahun 1959 dengan pendirian PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) sebagai pelopor industri pupuk urea. Pabrik pertama berlokasi di Palembang dan mulai beroperasi pada tahun 1963 dengan kapasitas 100.000 ton urea per tahun. Pada tahun 1964, pabrik tersebut diresmikan oleh Wakil Perdana Menteri I, Chaerul Saleh, menandai tonggak penting dalam sejarah industri pupuk nasional. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang terus meningkat, Pusri membangun beberapa pabrik tambahan, termasuk Pusri II (1974), Pusri III (1976), dan Pusri IV (1977), dengan kapasitas masing-masing mencapai hingga 570.000 ton per tahun. Pada tahun 1979, Pusri ditunjuk oleh pemerintah untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi ke seluruh wilayah Indonesia sebagai bagian dari program ketahanan pangan nasional.

Pembentukan Holding Company Industri Pupuk

Pada tahun 1997, pemerintah mengubah status PT Pupuk Sriwidjaja menjadi holding company yang membawahi beberapa anak perusahaan lainnya, seperti PT Petrokimia Gresik dan PT Pupuk Kujang. Tujuan dari transformasi ini adalah untuk mengoptimalkan produksi dan distribusi pupuk di Indonesia. Pada tahun 2012, nama perusahaan diubah menjadi PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk menegaskan statusnya sebagai induk holding BUMN di sektor pupuk. Saat ini, industri pupuk di Indonesia terdiri dari beberapa perusahaan utama yang beroperasi di bawah naungan PT Pupuk Indonesia:

  1. PT Petrokimia Gresik
  2. PT Pupuk Kujang
  3. PT Pupuk Kalimantan Timur
  4. PT Pupuk Iskandar Muda
  5. PT Rekayasa Industri

Emisi Gas Rumah Kaca Scope 3 Industri Pupuk

Sektor industri pupuk memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan juga dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Namun, tenyata ada dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sektor industri pupuk. Pada proses produksi pupuk melibatkan reaksi kimia yang menghasilkan berbagai jenis gas, termasuk amonia, nitrogen oksida, dan karbon dioksida. Gas-gas ini adalah gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, penggunaan pupuk nitrogen sintetis dapat menyebabkan emisi nitrous oksida yang jauh lebih kuat daripada karbon dioksida dalam memerangkap panas.

Emisi GRK dikategorikan menjadi tiga scope:

  • Scope 1: Emisi langsung dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan, seperti emisi dari pembakaran bahan bakar fosil dalam proses produksi.
  • Scope 2: Emisi tidak langsung dari pembelian energi, seperti listrik yang digunakan dalam proses produksi.
  • Scope 3: Semua emisi lainnya dalam rantai nilai perusahaan, baik di hulu maupun hilir, yang tidak termasuk dalam Scope 1 dan 2. Ini termasuk emisi dari bahan baku yang dibeli, transportasi, penggunaan produk, dan akhir masa pakai produk.

Menghitung Gas Rumah Kaca Scope 3 Industri Pupuk

Industri pupuk memiliki jejak karbon yang kompleks. Sederhananya, dampak lingkungan dari pupuk tidak hanya berhenti pada pabrik. Proses produksi bahan baku, transportasi, hingga penggunaan pupuk di lahan pertanian semuanya menghasilkan emisi gas rumah kaca. Misalnya, saat petani menggunakan pupuk nitrogen, gas nitrous oksida yang sangat berbahaya bagi lapisan ozon akan terlepas ke atmosfer. Ini seperti efek domino, di mana setiap tahap dalam siklus hidup pupuk berkontribusi pada perubahan iklim. Selain emisi langsung dari proses produksi, emisi gas rumah kaca (GRK) Scope 3 industri pupuk berasal dari:

  • Produksi bahan baku: Emisi dari penambangan fosfat, produksi amonia, dan bahan kimia lainnya.
  • Transportasi: Emisi dari transportasi bahan baku, produk jadi, dan limbah.
  • Penggunaan pupuk oleh petani: Emisi dari aplikasi pupuk di lahan pertanian, termasuk emisi nitrous oksida.
  • Produksi energi terbarukan untuk pupuk: Meskipun penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi emisi, namun proses produksinya juga menghasilkan emisi.

Actia Carbon menyediakan platform penghitungan Gas Rumah Kaca (GRK), klik di sini. Dengan mengetahui secara rinci sumber-sumber emisi utama, kita dapat menyusun strategi yang lebih efektif untuk mengurangi dampak lingkungan. Transparansi mengenai emisi Scope 3 akan meningkatkan kepercayaan konsumen, investor, dan pemangku kepentingan lainnya terhadap perusahaan. Ini akan mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dan mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Dengan memahami kontribusi kita terhadap perubahan iklim, kita dapat mengambil tindakan nyata untuk melindungi planet kita bagi generasi mendatang.

Inventarisasi Gas Rumah Kaca (IGRK) di Sektor AFOLU Perkotaan

Inventarisasi Gas Rumah Kaca (IGRK) di Sektor AFOLU Perkotaan

Menghadapi tantangan perubahan iklim menuntut upaya mitigasi yang terukur dan tepat sasaran. Inventarisasi Gas Rumah Kaca (IGRK) menjadi fondasi penting untuk mengidentifikasi sumber emisi dan merumuskan strategi pengurangan emisi yang efektif. Sektor AFOLU (Agriculture, Forestry and Other Land Use) memegang peran krusial dalam siklus karbon, termasuk di wilayah perkotaan yang dinamis. Perkotaan, dengan karakteristik uniknya seperti fragmentasi lahan dan dominasi pemukiman, mengharuskan pendekatan khusus dalam implementasi IGRK. Artikel ini akan menelaah alternatif metode IGRK mikrosektor AFOLU di perkotaan dengan fokus pada pendekatan sektor kehutanan, khususnya studi kasus hutan kota di DKI Jakarta.

Karakteristik Unik Tutupan Lahan di Perkotaan dan Tantangan IGRK

Ekosistem perkotaan menampilkan beragam tutupan lahan, mulai dari hutan kota, pekarangan, pemukiman, lahan pertanian, hingga ruang terbuka hijau lainnya. Keragaman ini mencerminkan interaksi kompleks antara aktivitas manusia dan lingkungan. Berdasarkan IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, tutupan lahan di perkotaan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Hutan kota, taman dengan pohon besar, dan area hijau lainnya yang memenuhi kriteria luasan minimum 0,25 hektar, lebar tajuk minimal 75 meter, dan tutupan tajuk lebih dari 30% termasuk dalam kategori forest land.

Lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pertanian, perkebunan, atau buah-buahan, baik monokultur maupun multistrata, seperti pekarangan rumah yang ditanami sayuran atau buah-buahan, tergolong dalam kategori crop land. Lahan terbuka yang didominasi rumput dan semak belukar, seperti lapangan olahraga dan taman kota dengan vegetasi rendah, dikategorikan sebagai grassland. Area pemukiman yang didominasi bangunan dan infrastruktur, seperti perumahan dan gedung perkantoran, masuk dalam kategori settlement. Sementara itu, lahan basah seperti rawa dan danau, termasuk dalam kategori wet land. Lahan yang tidak termasuk dalam kategori-kategori tersebut, seperti lahan kosong dan area industri, diklasifikasikan sebagai other lands.

Hutan kota di perkotaan, yang umumnya merupakan man-made forest, seringkali tersebar dalam bentuk poligon-poligon kecil dengan komposisi jenis pohon yang bervariasi. Kondisi ini menimbulkan tantangan dalam IGRK, seperti tingginya variabilitas tutupan lahan, skala yang kecil dan tersebar, serta keterbatasan akses ke beberapa area.

Peluang Pemanfaatan Teknologi dalam IGRK Perkotaan

Perkembangan teknologi informasi dan penginderaan jauh membuka peluang untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi IGRK di perkotaan. Citra satelit resolusi tinggi, seperti WorldView dan Pleiades, memungkinkan identifikasi dan delineasi tutupan lahan secara detail, bahkan hingga tingkat individu pohon. Drone yang dilengkapi dengan sensor seperti kamera RGB, multispektral, dan LiDAR dapat digunakan untuk pemantauan dan pengukuran biomassa pada skala kecil dengan cepat dan efisien.

Data LiDAR sangat bermanfaat untuk menghasilkan model 3D vegetasi dan mengestimasi biomassa secara akurat. Sistem Informasi Geografis (SIG) memudahkan analisis spasial, integrasi data dari berbagai sumber, dan visualisasi informasi inventarisassi gas rumah kaca (IGRK) secara komprehensif. SIG juga memungkinkan pemodelan dan simulasi untuk memprediksi perubahan tutupan lahan dan emisi GRK di masa depan. Selain itu, platform online dan mobile dapat dimanfaatkan untuk pengumpulan data lapangan, validasi data, dan diseminasi informasi inventarisassi gas rumah kaca (IGRK)kepada publik, sehingga mendorong partisipasi publik dalam IGRK melalui citizen science.

Metodologi IGRK yang Adaptif untuk Perkotaan

Implementasi Inventarisassi Gas Rumah Kaca (IGRK) di perkotaan membutuhkan pendekatan adaptif dan inovatif. Pemetaan dan pemantauan tutupan lahan yang akurat dapat dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit resolusi tinggi, drone, dan data LiDAR, yang kemudian divalidasi melalui pengumpulan data lapangan. Stratifikasi tutupan lahan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika karbon, seperti jenis vegetasi, kerapatan vegetasi, umur tegakan, dan kondisi lingkungan. Data dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, Dinas Tata Ruang, dan sumber lainnya dapat digunakan untuk melengkapi informasi stratifikasi.

Pembuatan plot permanen di berbagai strata tutupan lahan memungkinkan pengukuran faktor emisi dan simpanan karbon secara berkala. SNI 7724:2011 direvisi menjadi 7724:2019 menyediakan panduan untuk pembuatan plot permanen dan pengukuran faktor emisi dengan sampling error maksimum 20%. Penggunaan allometric equation yang sesuai dengan jenis pohon dan kondisi lingkungan penting untuk menghasilkan estimasi biomassa yang akurat. Selain biomassa pohon, faktor emisi lainnya yang perlu diukur antara lain karbon organik tanah, emisi dari dekomposisi serasah, dan emisi dari penggunaan lahan non-hutan.

Emisi GRK dihitung dengan mengalikan data aktivitas, seperti perubahan luas tutupan lahan, dengan faktor emisi yang relevan. Di perkotaan, sumber emisi utama sektor AFOLU berasal dari perubahan penggunaan lahan non-hutan, seperti konversi lahan pertanian menjadi pemukiman. Pemantauan perubahan penggunaan lahan non-hutan perlu diintensifkan untuk mendapatkan estimasi emisi yang akurat. Pelaporan inventarisassi gas rumah kaca (IGRK) perlu mengikuti standar dan pedoman yang ditetapkan oleh KLHK dan IPCC.

Rumus perhitungan emisi GRK
Emisi = Data Aktivitas (ha) x Faktor emisi (tCO2/ha)

Mengoptimalkan IGRK Perkotaan

Untuk mengoptimalkan IGRK sektor AFOLU di perkotaan, diperlukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan sertifikasi, pengembangan sistem database IGRK yang terintegrasi, kerjasama antar pemangku kepentingan, pemanfaatan teknologi informasi, sosialisasi dan edukasi publik, serta penelitian dan pengembangan metode IGRK yang lebih akurat dan adaptif.

Pendekatan adaptif dan inovatif diperlukan untuk menghasilkan estimasi emisi GRK yang akurat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh, stratifikasi tutupan lahan yang representatif, dan pengukuran faktor emisi yang akurat merupakan langkah kunci dalam implementasi IGRK perkotaan. Studi kasus hutan kota DKI Jakarta menunjukkan bahwa inventarisassi gas rumah kaca (IGRK) dapat diterapkan secara efektif dengan memanfaatkan teknologi dan kerjasama antar pemangku kepentingan. Dengan menerapkan langkah-langkah strategis yang telah diuraikan, diharapkan IGRK sektor AFOLU di perkotaan dapat terus ditingkatkan untuk mendukung upaya mitigasi perubahan iklim dan mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

 

Jasa Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Industri Margarine

Jasa Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Industri Margarine

Margarine sangat populer di beberapa negara sebagai alternatif dari mentega karena harganya yang lebih terjangkau. Margarine dibuat dari minyak nabati dari berbagai sumber seperti kacang-kacangan, minyak sawit, dan biji-bijian.

Perlu diketahui bahwa industri margarine sama seperti industri lainnya, proses produksi margarine juga berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Bahan baku utama dalam produksi margarine adalah minyak nabati. Minyak ini bisa berasal dari kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, atau rapeseed. Selain itu, bahan tambahan seperti air, garam, dan emulsi juga digunakan untuk mencapai tekstur dan rasa yang diinginkan. Setiap bahan baku memiliki jejak karbon yang berbeda, yang perlu diperhitungkan dalam inventarisasi GRK.

Proses produksi margarine yang tidak dilakukan dengan efisiensi tinggi dan kontrol yang ketat dapat berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca. Jasa inventarisasi gas rumah kaca untuk industri margarine dapat membantu mengidentifikasi dan mengurangi emisi-emosi tersebut.

Bagaimana Margarine Dihasilkan?

Proses pembuatan margarine dimulai dengan pemurnian minyak nabati. Minyak tersebut kemudian diproses melalui hidrogenasi parsial untuk mengubahnya menjadi bentuk padat. Setelah itu, minyak dicampur dengan bahan tambahan dan didinginkan secara bertahap untuk membentuk tekstur margarine yang diinginkan. Proses ini melibatkan penggunaan energi yang dapat berkontribusi pada emisi GRK.

Proses Produksi di Sektor Industri Margarine

Proses produksi margarine dapat berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui beberapa tahapan, antara lain:

  1. Pada fase minyak, minyak dan lemak dipanaskan dan dicampur untuk mendapatkan bobot yang tepat. Proses ini dapat menghasilkan emisi metana dan karbon dioksida (CO2) karena dekomposisi dan pembakaran bahan organik.
  2. Esterifikasi dan Transesterifikasi, proses ini melibatkan reaksi antara asam lemak dan alkohol untuk menghasilkan ester. Esterifikasi dapat menghasilkan emisi CO2 dan metana jika tidak dilakukan dengan kontrol yang ketat.
  3. Pasteurisasi dan Kristalisasi:
    • Pasteurisasi: Proses pemanasan air untuk memastikan kehigienisan produk dapat menghasilkan emisi CO2 dan metana jika tidak dilakukan dengan efisiensi tinggi.
    • Kristalisasi: Proses ini melibatkan pendinginan dan penggumpalan emulsi untuk menghasilkan margarin. Pendinginan yang tidak tepat dapat meningkatkan emisi metana dan CO2.
  4. Proses produksi margarine memerlukan energi untuk pengolahan, pemanasan, dan pendinginan. Penggunaan energi fosil seperti batu bara, minyak, dan gas dapat meningkatkan emisi CO2 dan metana.
  5. Penggunaan Bahan Tambahan seperti pewarna, perasa, dan pengemulsi dapat meningkatkan emisi jika tidak diproses dengan efisiensi tinggi. Contohnya, penggunaan lesitin, monogliserida, dan digliserida dalam proses pengemulsi dapat berkontribusi pada emisi jika tidak dikontrol dengan baik.

Sumber Emisi Gas Rumah Kaca dari Sektor Industri Margarine

Industri margarine menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari beberapa sumber utama. Pertama, penggunaan energi dalam proses pemurnian, hidrogenasi, pencampuran, dan pendinginan memerlukan energi dalam jumlah besar, yang sering kali berasal dari bahan bakar fosil. Kedua, transportasi bahan baku ke pabrik dan produk jadi ke pasar juga menyumbang emisi GRK. Terakhir, proses manufaktur yang melibatkan reaksi kimia dan fisik dapat menghasilkan emisi gas seperti CO2 dan metana. Oleh karena itu, industri margarine memiliki peran signifikan dalam produksi emisi GRK yang perlu dipertimbangkan untuk pengurangan dampak lingkungan.

Dampak Sektor Industri Margarine terhadap Lingkungan

Emisi GRK dari industri margarine dapat berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, penggunaan minyak nabati seperti kelapa sawit dapat menyebabkan deforestasi dan hilangnya habitat bagi satwa liar. Dampak lingkungan ini dapat merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta mempengaruhi kualitas hidup manusia.

Cara Mengurangi Dampak Negatif Sektor Industri Margarine

Untuk mengurangi dampak negatif industri margarine terhadap lingkungan, langkah-langkah berikut dapat diambil:

  1. Efisiensi Energi: Menerapkan teknologi yang lebih efisien dalam penggunaan energi untuk mengurangi emisi GRK.
  2. Sumber Energi Terbarukan: Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin.
  3. Pemilihan Bahan Baku yang Ramah Lingkungan: Menggunakan bahan baku dari sumber yang berkelanjutan dan memiliki jejak karbon rendah.
  4. Pengelolaan Limbah yang Baik: Mengelola limbah industri secara efektif untuk mengurangi emisi dan dampak lingkungan lainnya.
  5. Transportasi: Mengoptimalkan rute transportasi dan menggunakan kendaraan yang lebih efisien untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi.

Bagaimana Actia Dapat Membantu Sektor Industri Margarine Melakukan Inventarisasi GRK?

Actia, sebagai perusahaan konsultan lingkungan yang telah berpengalaman dalam melakukan inventarisasi gas rumah kaca untuk berbagai industri, termasuk industri margarin. Actia dapat membantu industri margarine dalam:

  • Mengidentifikasi Sumber Emisi: Melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi semua sumber emisi GRK dalam proses produksi.
  • Mengukur dan Melaporkan Emisi: Menggunakan metode yang tepat untuk mengukur emisi GRK dan menyediakan laporan yang terperinci.
  • Menyusun Strategi Pengurangan Emisi: Mengembangkan strategi dan rencana aksi untuk mengurangi emisi GRK dan meningkatkan efisiensi energi.

Perusahaan yang Bergerak di Sektor Industri Margarine

  1. PT. Bina Karya Prima
    Produk: Forvita
  2. PT. Sinar Meadow International Indonesia
    Produk: Mother Choice’s
  3. PT. Musim Mas Group
    Produk: Margareta, Voila
  4. PT. Wilmar Nabati Indonesia
    Produk: Sania Margarine
  5. PT. Sungai Budi Group 
    Produk: Rose Brand

Dengan bantuan dari Actia, perusahaan Anda dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi emisi GRK dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Inventarisasi yang akurat dan strategi pengurangan emisi yang efektif merupakan salah satu kunci untuk mencapai keberlanjutan dalam sektor industri margarine. Klik disini untuk berdiskusi!

 

Jadwal Pelatihan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK)

Jadwal Pelatihan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK)

Pelatihan Inventaris Gas Rumah Kaca (GRK) – pentingnya keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan, penginventarisasian Gas Rumah Kaca (GRK) telah menjadi langkah penting bagi perusahaan untuk mengelola dampak lingkungan mereka.

PT Lensa Makmur Sejahtera menyediakan pelatihan yang dirancang untuk membantu perusahaan dan profesional memahami dan menerapkan standar internasional dalam menginventarisasi emisi GRK. Pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan dasar tetapi juga keterampilan praktis yang diperlukan untuk melakukan pelaporan dan komunikasi yang efektif mengenai GRK.

Konsultan Karbon Indonesia akan membahas secara mendalam mengenai pelatihan inventaris gas rumah kaca yang diadakan oleh PT Lensa Makmur Sejahtera, termasuk detail pendaftaran, isi pelatihan, dan manfaat yang dapat diperoleh.

Pentingnya Inventarisasi Gas Rumah Kaca

Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan langkah awal yang krusial dalam mengidentifikasi dan mengelola sumber-sumber emisi GRK yang signifikan dalam operasional sebuah perusahaan. Dengan mengidentifikasi dan mengukur emisi GRK secara sistematis, perusahaan dapat memahami dampak lingkungan mereka dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi emisi tersebut. Proses ini juga penting untuk memenuhi persyaratan regulasi, menarik investor, dan meningkatkan reputasi perusahaan di mata pelanggan.

Pendaftaran Pelatihan

PT Lensa Makmur Sejahtera menawarkan pelatihan inventaris gas rumah kaca melalui pendaftaran online. Informasi dan pendaftaran dapat dilakukan melalui website resmi mereka di https://www.lensalingkungan.com/pelatihan-inventarisasi-gas-rumah-kaca/.

Website ini menyediakan rincian pelatihan, jadwal, dan formulir pendaftaran yang memudahkan peserta untuk mendaftar.

Isi Pelatihan Inventaris Gas Rumah Kaca

Pelatihan yang disediakan oleh PT Lensa Makmur Sejahtera mencakup beberapa aspek penting terkait dengan inventarisasi gas rumah kaca. Berikut adalah rincian dari masing-masing komponen pelatihan:

1. Memahami Konsep Dasar Terkait dengan Gas Rumah Kaca

Pelatihan dimulai dengan pemahaman dasar mengenai gas rumah kaca. Peserta akan mempelajari:

  • Definisi Gas Rumah Kaca (GRK): Gas rumah kaca adalah gas yang memerangkap panas di atmosfer, menyebabkan efek rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim global. Contoh GRK meliputi karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan dinitrogen oksida (N₂O).
  • Sumber-Sumber Emisi GRK: Peserta akan mempelajari berbagai sumber emisi GRK yang dapat berasal dari kegiatan industri, transportasi, pertanian, dan kegiatan manusia lainnya.
  • Dampak Lingkungan dan Ekonomi: Pelatihan juga akan mencakup dampak dari emisi GRK terhadap lingkungan dan ekonomi, termasuk perubahan iklim, pemanasan global, dan risiko terkait.

Memahami konsep dasar ini adalah fondasi penting untuk melakukan inventarisasi GRK secara efektif.

2. Memahami Dasar dan Konsep GHG Inventory Report Berdasar ISO 14064 Part 1

Bagian ini fokus pada pemahaman standar internasional yang berlaku untuk inventarisasi gas rumah kaca. ISO 14064:2019 Part 1 adalah standar internasional yang memberikan panduan tentang spesifikasi dan kerangka kerja untuk melakukan inventarisasi GRK. Pelatihan ini mencakup:

  • Prinsip-Prinsip Inventarisasi GRK: Memahami prinsip-prinsip dasar, seperti akurasi, konsistensi, transparansi, dan keterbukaan dalam pelaporan GRK.
  • Struktur Laporan Inventarisasi GRK: Peserta akan mempelajari bagaimana menyusun laporan inventarisasi GRK yang sesuai dengan standar ISO 14064 Part 1, termasuk pengumpulan data, perhitungan emisi, dan dokumentasi.
  • Penggunaan Alat dan Metodologi: Pengenalan alat dan metodologi yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data emisi, termasuk perangkat lunak dan teknik pengukuran.

Memahami standar ini sangat penting untuk memastikan bahwa laporan GRK yang dihasilkan akurat dan sesuai dengan regulasi internasional.

3. Dapat Melakukan Kalkulasi dan Pelaporan

Setelah memahami dasar-dasar konsep dan standar, pelatihan akan fokus pada keterampilan praktis dalam melakukan kalkulasi dan pelaporan GRK. Ini termasuk:

  • Pengumpulan Data: Teknik untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menghitung emisi GRK, termasuk sumber data internal dan eksternal.
  • Perhitungan Emisi: Metodologi untuk menghitung total emisi GRK menggunakan data yang dikumpulkan, termasuk penggunaan faktor emisi dan konversi unit.
  • Penyusunan Laporan: Cara menyusun laporan GRK yang memenuhi standar internasional, termasuk penyajian data secara jelas dan transparan.

Pelatihan ini dirancang untuk memberikan peserta keterampilan praktis yang diperlukan untuk menyelesaikan inventarisasi GRK secara efektif dan memenuhi persyaratan pelaporan.

4. Memahami dan Dapat Berkomunikasi secara Efektif

Bagian terakhir dari pelatihan berfokus pada keterampilan komunikasi yang diperlukan untuk menyampaikan hasil inventarisasi GRK kepada berbagai pemangku kepentingan. Ini mencakup:

  • Komunikasi Internal: Cara berkomunikasi dengan tim internal dan manajemen tentang hasil inventarisasi GRK dan rekomendasi untuk perbaikan.
  • Komunikasi Eksternal: Teknik untuk menyampaikan informasi tentang jejak karbon perusahaan kepada investor, pelanggan, dan lembaga regulasi dengan cara yang jelas dan efektif.
  • Transparansi dan Tanggung Jawab: Pentingnya transparansi dalam melaporkan emisi GRK dan tanggung jawab perusahaan dalam mengelola dampak lingkungan.

Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif mengenai GRK sangat penting untuk membangun kepercayaan dan memenuhi harapan para pemangku kepentingan.

Manfaat Mengikuti Pelatihan Inventaris Gas Rumah Kaca

Mengikuti pelatihan inventaris gas rumah kaca dari PT Lensa Makmur Sejahtera menawarkan berbagai manfaat bagi peserta, termasuk:

  • Kepatuhan Terhadap Regulasi: Memastikan perusahaan mematuhi peraturan dan standar internasional terkait GRK, yang dapat menghindari potensi denda dan sanksi.
  • Peningkatan Reputasi Perusahaan: Menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan yang baik, yang dapat meningkatkan reputasi dan menarik investor.
  • Keterampilan Praktis: Memberikan keterampilan praktis yang diperlukan untuk melakukan inventarisasi GRK dan menyusun laporan yang akurat dan memenuhi standar internasional.
  • Kemampuan Komunikasi: Meningkatkan kemampuan komunikasi mengenai dampak lingkungan dan strategi pengelolaan GRK, yang penting untuk berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan.

Pelatihan Inventaris Gas Rumah Kaca

Pelatihan inventaris gas rumah kaca yang diselenggarakan oleh PT Lensa Makmur Sejahtera merupakan kesempatan berharga bagi perusahaan dan profesional untuk memahami dan menerapkan standar internasional dalam pengelolaan emisi GRK. Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan dasar mengenai gas rumah kaca tetapi juga keterampilan praktis untuk melakukan kalkulasi dan pelaporan yang sesuai dengan standar ISO 14064:2019 Part 1.

Pendaftaran untuk pelatihan dapat dilakukan secara online melalui website https://www.lensalingkungan.com/pelatihan-inventarisasi-gas-rumah-kaca/, yang menyediakan informasi lengkap tentang jadwal, biaya, dan formulir pendaftaran.

Dengan mengikuti pelatihan ini, perusahaan dapat mengambil langkah penting dalam mengelola dampak lingkungan mereka, meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi, dan menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan. Pelatihan ini tidak hanya mempersiapkan peserta untuk memenuhi persyaratan pelaporan tetapi juga membantu mereka berkomunikasi secara efektif tentang upaya pengelolaan GRK, yang merupakan langkah penting dalam membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.

PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA

Office 1 – Lantai 18, Office 8 – Senopati Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Office 2 – Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

 

Hubungi Kami

PT Actia Bersama Sejahtera – Support oleh Dokter Website