Inventarisasi Gas Rumah Kaca: Kunci Pembangunan Rendah Karbon

Inventarisasi Gas Rumah Kaca: Kunci Pembangunan Rendah Karbon

Kunci Pembangunan Rendah Karbon

Gas Rumah Kaca

Perubahan iklim adalah tantangan global terbesar di abad ini, dan inventarisasi Green House Gas (GHG) menjadi langkah pertama yang krusial untuk menanganinya. Meskipun keberadaannya secara alami penting untuk menjaga suhu Bumi tetap stabil, peningkatan kadar gas rumah kaca akibat aktivitas manusia telah memicu berbagai krisis lingkungan, mulai dari pemanasan global hingga cuaca ekstrem. Dengan memahami seberapa besar emisi yang dihasilkan oleh suatu negara, wilayah, atau sektor, pengambil kebijakan dan praktisi lingkungan dapat merancang strategi mitigasi yang tepat sasaran. Inventarisasi gas rumah kaca (GHG inventory) kini menjadi instrumen utama dalam strategi nasional dan global untuk menghadapi perubahan iklim termasuk Nationally Determined Contributions (NDC), skema karbon, dan kebijakan energi nasional. Sekarang ini inventarisasi gas rumah kaca bukan hanya untuk memenuhi target Net Zero Emissions saja, tetapi juga untuk membuktikan kredibilitas dan tanggung jawab lingkungan perusahaan dan pemerintah.

Lalu Apa Itu Gas Rumah Kaca (Greenhouse Gases)?

Gas Rumah Kaca adalah kelompok gas yang memiliki kemampuan untuk menangkap panas di atmosfer bumi. Proses ini dikenal dengan nama efek rumah kaca, yaitu sebuah mekanisme alami yang sangat penting untuk menjaga bumi tetap hangat dan mendukung kehidupan seperti yang kita kenal saat ini. Tanpa keberadaan efek rumah kaca, suhu bumi akan terlalu dingin untuk menopang kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.

Namun, dalam beberapa dekade terakhir, aktivitas manusia telah mempercepat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Hal ini terutama disebabkan oleh:

  • Pembakaran bahan bakar fosil (seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam) untuk energi dan transportasi
  • Kegiatan industri dan manufaktur yang menghasilkan gas buangan
  • Pertanian dan peternakan intensif, yang menghasilkan gas metana dan dinitrogen oksida
  • Penggundulan hutan (deforestasi), yang mengurangi kemampuan alam menyerap karbon

Akibat dari peningkatan ini, bumi mengalami pemanasan yang tidak wajar atau yang dikenal sebagai pemanasan global. Suhu rata-rata permukaan bumi terus meningkat, yang kemudian menyebabkan berbagai dampak serius terhadap lingkungan, antara lain:

  • Pencairan es di kutub dan gletser
  • Naiknya permukaan air laut
  • Perubahan pola cuaca ekstrim (banjir, kekeringan, badai)
  • Gangguan pada ekosistem dan keanekaragaman hayati

Jenis-jenis Gas Rumah Kaca Utama

Berdasarkan IPCC AR5 ada beberapa jenis gas rumah kaca yang paling sering diukur dan dilaporkan, yaitu:

Jenis Gas

Sumber Utama

Potensi Pemanasan Global (GWP)

Karbon dioksida (CO₂)

Pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi

1 kali

Metana (CH₄)

Pertanian (ternak), tempat pembuangan sampah, tambang

25–28 kali lebih kuat dari CO₂

Dinitrogen oksida (N₂O)

Pemupukan lahan pertanian, pembakaran biomassa

265–298 kali lebih kuat dari CO₂

Gas fluorinated (HFCs, PFCs, SF₆)

Industri pendinginan, semikonduktor, listrik tegangan tinggi

Ribuan kali lebih kuat dari CO₂

 

Setiap jenis gas rumah kaca memiliki tingkat potensi pemanasan global yang berbeda-beda. Ukuran ini dikenal sebagai Global Warming Potential (GWP), yaitu cara untuk membandingkan seberapa besar kemampuan suatu gas dalam menjebak panas di atmosfer dibandingkan dengan karbon dioksida (CO₂). GWP dihitung berdasarkan seberapa banyak energi panas yang bisa diserap oleh satu ton gas tersebut dalam jangka waktu tertentu, biasanya 100 tahun. Semakin tinggi nilai GWP suatu gas, maka semakin besar pula dampaknya terhadap pemanasan global. Artinya, meskipun suatu gas mungkin jumlahnya lebih sedikit, jika nilai GWP-nya tinggi, ia tetap memberi kontribusi besar terhadap pemanasan Bumi.

Pemahaman tentang gas rumah kaca sangat penting, terutama dalam konteks perubahan iklim yang semakin nyata. Pengukuran dan pengelolaan emisi GRK menjadi langkah awal untuk:

  • Merancang strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim

Dengan menghitung GHG kita bisa merancang strategi yang lebih tepat guna menurunkan emisi, seperti melalui efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, dan perlindungan ekosistem hutan. Tanpa data emisi yang akurat, strategi tersebut sulit dijalankan secara efektif dan berkelanjutan

  • Memenuhi kewajiban pelaporan lingkungan perusahaan

Perhitungan GHG juga menjadi bagian penting dalam memenuhi berbagai kewajiban pelaporan lingkungan. Program seperti PROPER, ESG, ISO 14064, serta sustainability report, semuanya mendorong perusahaan untuk menghitung dan melaporkan jejak karbonnya. Praktik ini tidak hanya meningkatkan transparansi dan reputasi perusahaan, tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan Perusahaan

Perhitungan GHG mendukung pencapaian target nasional dan global dalam agenda perubahan iklim. Indonesia, misalnya, telah menetapkan komitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, yaitu kondisi di mana emisi GRK yang dihasilkan seimbang dengan yang diserap kembali oleh alam. Komitmen ini sejalan dengan kesepakatan internasional seperti Paris Agreement dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Inventarisasi GRK dilakukan dengan pendekatan berdasarkan cakupan sumber emisi (Scope) sebagai berikut:

  • Scope 1 : Emisi langsung dari aktivitas yang dikendalikan oleh organisasi, seperti penggunaan bahan bakar di kendaraan operasional atau proses pembakaran di pabrik.
  • Scope 2 : Emisi tidak langsung dari penggunaan energi yang dibeli, terutama listrik dan panas.
  • Scope 3 : Emisi tidak langsung lainnya dari seluruh rantai pasok, misalnya emisi dari pengangkutan barang, aktivitas karyawan, atau produk yang digunakan oleh pelanggan.

Dengan memahami pembagian ini, perusahaan dapat mengidentifikasi peluang efisiensi dan pengurangan emisi secara lebih menyeluruh

Contoh Sederhana

Misalnya, untuk menghitung emisi scope 2 dari pabrik tebu yang menggunakan sumber listrik dari PLN.

  • Konsumsi listrik: 500.000 kWh per tahun
  • Faktor emisi listrik dari PLN (Indonesia): 0,829 kg CO₂e/kWh
    (sumber: Kementerian LHK, Faktor Emisi Grid Nasional 2022)

Emisi COe     = Konsumsi listrik (kWh) × Faktor emisi (kg CO₂e/kWh)

= 500.000 kWh × 0,829 kg CO₂e/kWh = 414.500 kg CO₂e

atau setara dengan 414,5 ton CO₂e per tahun

Kenapa Pilih Actia

Kami memiliki pengalaman dalam melakukan perhitungan emisi GRK scope 1, 2 dan 3 dengan pendekatan berbasis IPCC Guidelines

Kami memahami kerangka kerja internasional seperti REDD+, NDCs, dan hubungannya dengan inventarisasi GRK dan strategi mitigasi adaptasi perubahan iklim

Kami telah membantu berbagai perusahaan kecil dan menengah menyusun pelaporan emisi GRK, limbah, dan air yang sesuai standar global seperti GHG Protocol, CSRD/ESRS

Kami ahli dalam mengubah bahasa regulasi yang kompleks menjadi petunjuk sederhana, praktis, dan mudah dipahami baik untuk penggunaan di tingkat kantor pusat (HQ) maupun di level operasional (site level)

Ingin mengetahui jejak karbon perusahaan Anda?

Hubungi kami untuk berkonsultasi teknis dan pelatihan inventarisasi GRK yang sesuai standar. Kami menyediakan layanan perhitungan dan pelaporan emisi GRK Scope 1, 2, dan 3 sesuai dengan pedoman internasional seperti GHG Protocol dan IPCC Guidelines. Konsultasi gratis! Jangan ragu untuk menghubungi kami.

Climate Risk Training

Climate Risk Training

Climate Risk Training

Saatnya Pahami Climate Risk

Climate

Dunia sedang berubah, kita semakin sering melihat berita tentang cuaca ekstrem: banjir bandang, kekeringan panjang, suhu panas yang memecahkan rekor. Perubahan iklim bukan lagi hal yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Ia hadir, nyata, meresap, dan memengaruhi banyak aspek serta berbagai sektor.

Perubahan iklim bukan isu jauh di ujung dunia, efek rumah kaca, aktivitas manusia yang meningkatkan emisi, dan dampak lingkungan yang meningkatkan siklus perubahan menjadi pemacu perubahan iklim. Gas emisi yang terus memerangkap panas matahari, membuat bumi perlahan-lahan “demam”. Lebih dari sekadar ancaman lingkungan, perubahan iklim kini telah menjadi tantangan ekonomi, sosial, dan kemanusiaan. Dunia sedang berubah cepat. Pertanyaannya, apakah kita siap beradaptasi, atau justru tertinggal dalam pusaran krisis ini?

Ketika Iklim dan Bisnis Beririsan

Bisnis yang dulu hanya fokus pada strategi pasar dan efisiensi operasional, kini menghadapi tantangan baru: climate risk, atau risiko akibat perubahan iklim. Risiko ini tak hanya bersifat lingkungan, tapi juga berdampak ekonomi dan sosial. Bisnis bukan hanya butuh bertumbuh, tetapi juga harus tahan terhadap guncangan lingkungan dan sosial. Inilah pentingnya memahami climate risk secara menyeluruh. Ketika lingkungan terganggu, dampaknya meluas hingga semua sektor; transportasi terganggu, produksi melambat, rantai pasok terputus, hingga regulasi ketat yang menekan sistem usaha.

Tren dan Regulasi Iklim Global yang Mengubah Dunia Usaha

Di era bisnis modern, isu perubahan iklim berdiri di garis depan strategi dan regulasi global. Negara-negara di seluruh dunia berlomba memperketat regulasi iklim melalui kebijakan seperti carbon tax, cap and trade, serta komitmen net zero emissions. Eropa, sebagai salah satu pionir kebijakan hijau, bahkan sudah menerapkan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM), di mana produk impor yang tidak memenuhi standar emisi akan dikenai pajak karbon tambahan. Ini bukan hanya berdampak pada industri besar, tapi juga pada sektor ekspor kecil-menengah yang belum siap bertransformasi.

Bagi pelaku usaha di Indonesia, tren ini adalah sinyal kuat untuk berbenah. Tidak hanya agar bisa bertahan di pasar global, tetapi juga agar tidak ketinggalan dalam membangun model bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan yang proaktif merespons regulasi iklim justru mendapat peluang baru: dari insentif investasi hijau, loyalitas konsumen yang makin sadar lingkungan, hingga efisiensi biaya jangka panjang melalui inovasi ramah iklim.

Dunia bisnis tengah mengalami pergeseran besar, dari sekadar mengejar profit ke arah yang lebih bertanggung jawab dan berwawasan masa depan. Di sinilah pentingnya kesiapan menghadapi regulasi iklim global. Bukan sebagai hambatan, tapi sebagai dorongan menuju bisnis yang tangguh, hijau, dan relevan di tengah tantangan zaman.

Apakah bisnis anda siap menghadapi cuaca ekstrem, kebijakan karbon, atau tekanan konsumen soal keberlanjutan?

Alih-alih melihat perubahan iklim sebagai ancaman, anda bisa memanfaatkannya sebagai pemicu inovasi. Konsumen kini mencari produk ramah lingkungan, investor mempertimbangkan skor ESG, dan pemerintah mendorong bisnis rendah emisi. Ancaman dampak perubahan iklim bukan tentang menakut-nakuti. Ini tentang kesempatan untuk bersiap.
Berita baiknya? Melalui pelatihan climate risk bersama Actia, pelaku usaha, manajer, hingga startup founder dapat belajar bagaimana:

  • Mengidentifikasi risiko iklim yang relevan
  • Menyusun strategi adaptasi dan mitigasi
  • Memahami regulasi dan kebijakan iklim
  • Membuka peluang dalam ekonomi hijau

Pelatihan ini bukan hanya sekedar teori, tapi berisi studi kasus, simulasi risiko, dan panduan teknis yang bisa langsung diterapkan. Cek jadwal pelatihan di sini!

Membangun Kesiapan Lewat Pengelolaan Climate Risk

Perusahaan perlu mempersiapkan pengelolaan bisnis untuk menghadapi perubahan iklim dengan cepat dan tepat, antara lain:

Langkah awal dalam menghadapi perubahan iklim adalah memahami di mana posisi bisnis terhadap risiko iklim. Mapping ini mencakup:

  • Risiko fisik (banjir, kekeringan, suhu ekstrem)
  • Risiko transisi (regulasi, reputasi, perubahan teknologi)
  • Risiko finansial akibat gangguan operasional atau pasokan Pemetaannya bisa menggunakan pendekatan seperti TCFD (Task Force on Climate-related Financial Disclosures) atau dengan bantuan konsultan sustainability.

Setelah risiko diketahui, perusahaan perlu membangun sistem adaptasi yang responsif, diantaranya:

  • Infrastruktur: desain bangunan tahan cuaca ekstrem
  • Operasional: fleksibilitas produksi, cadangan pasokan, diversifikasi pemasok
  • SDM: pelatihan untuk menghadapi kondisi kerja yang berubah Adaptasi bukan hanya soal bertahan, tapi juga soal membentuk sistem baru yang lebih tangguh di tengah ketidakpastian iklim.

Mengelola bisnis di tengah perubahan iklim yang terus terjadi membuatnya tidak bisa terpisah dari kerangka ESG, dimana banyak aspek yang semakin diperhatikan seperti:

  • Environmental: pengelolaan limbah, efisiensi energi, pengurangan emisi
  • Social: hak pekerja, dampak sosial, kesetaraan akses terhadap sumber daya
  • Governance: transparansi, akuntabilitas, kepemimpinan yang peduli iklim Perusahaan yang sudah mengintegrasikan ESG terbukti lebih tahan terhadap tekanan pasar dan regulasi global.

Kelebihan Pelatihan di ActiaClimate

Trainer Ahli

Pelatihan Inventarisasi Gas Rumah Kaca

Materi Up-to-Date

Studi Kasus Real

Dengan memahami climate risk, anda sedang menyiapkan bisnis untuk masa depan. Masa depan yang menantang, tapi penuh peluang bagi yang bersiap sejak sekarang. Yang bertahan bukan yang paling besar, tapi yang paling adaptif terhadap perubahan. Saatnya melangkah dari responsif menjadi antisipatif. Ikuti pelatihan ini, dan jadilah bagian dari gerakan bisnis berkelanjutan Indonesia.

Daftar Sekarang! Kuota Terbatas

PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA

Office 1 – Lantai 18, Office 8 – Senopati Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Office 2 – Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

 

Hubungi Kami

PT Actia Bersama Sejahtera – Support oleh Dokter Website