Carbon footprint product dari industri mentega akan sangat diperlukan untuk menjaring pasar nasional maupun internasional. Saat ini margarine dari Indonesia, terutama yang terbuat dari kelapa sawit, telah diekspor ke Nigeria dan negara-negara Afrika Barat lainnya. Mentega menjadi primadona di dapur sebelum ada margarine. Namun, keterbatasan pasokan dan harga yang fluktuatif membuat para ahli makanan mencari alternatif. Margarin pun lahir, hasil inovasi dari minyak nabati yang diproses sedemikian rupa hingga menyerupai mentega. Terbuat dari minyak nabati, margarin memiliki titik leleh yang lebih tinggi, membuatnya lebih stabil pada suhu ruangan.
Emisi yang Dihasilkan Industri Margarin
Industri margarine tidak hanya menghasilkan margarin sebagai produk akhir, tetapi juga berbagai produk turunan seperti shortening, margarin khusus untuk bakery, dan bahan baku untuk produk makanan lainnya. tetapi juga menghasilkan berbagai jenis emisi yang berdampak pada lingkungan.
Emisi gas rumah kaca dari industri margarine berkontribusi pada perubahan iklim, yang berdampak pada peningkatan suhu global, kenaikan permukaan air laut, dan perubahan pola cuaca ekstrem. Selain itu, penggunaan lahan yang luas untuk perkebunan kelapa sawit juga dapat menyebabkan deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan degradasi tanah. Salah satu jenis emisi yang dihasilkan adalah emisi langsung, yaitu karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Selain itu, ada juga emisi tidak langsung yang dihasilkan dari penggunaan energi listrik yang berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Emisi ini tidak terlihat secara langsung, tetapi tetap berkontribusi pada peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu, proses produksi bahan baku seperti budidaya tanaman penghasil minyak nabati juga menghasilkan emisi yang tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, penting bagi industri makanan dan konsumen untuk memahami dampak lingkungan dari proses produksi margarin, penyusunan carbon footprint product dan jejak karbon perusahaan merupakan salah satu solusi tepat terkait hal tersebut.
Perusahaan Sektor Industri Margarin
Beberapa perusahaan margarine besar di Indonesia, seperti
- PT Bina Karya Prima
- PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART)
- PT Wilmar Group
- PT Salim Ivomas Pratama Tbk
- PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Perusahaan-perusahaan tersebut telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi jejak karbon produk mereka, antara lain mengganti sumber energi fosil dengan energi matahari, biogas, atau yang lainnya, tidak hanya itu perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan energi dan bahan baku serta mengelola limbah produksi secara bertanggung jawab.
Tujuan Carbon Footprint Product
Carbon footprint product adalah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan sepanjang siklus hidup suatu produk, mulai dari ekstraksi bahan baku hingga akhir masa pakainya. Dengan kata lain, carbon footprint product adalah ukuran dampak lingkungan dari suatu produk terhadap perubahan iklim. Sedangkan jejak karbon perusahaan adalah jumlah total emisi GRK yang dihasilkan oleh aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini termasuk emisi dari energi yang digunakan dalam bangunan, proses industri, transportasi, dan lain-lain
Carbon footprint product dan jejak karbon memiliki tujuan yang sama, yaitu mengukur dan mengurangi emisi karbon. Namun, carbon footprint product lebih spesifik pada produk itu sendiri, sedangkan jejak karbon perusahaan lebih luas mencakup seluruh operasi perusahaan. Keduanya penting untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan mengembangkan strategi pengurangan emisi karbon.
Mengapa Industri Margarin Membutuhkan Konsultan Carbon Footprint Product?
Industri margarin membutuhkan konsultan carbon footprint karena berbagai alasan. Konsultan karbon yang berpengalaman seperti Actia dapat membantu perusahaan mengelola risiko iklim dengan mengidentifikasi dan mengurangi risiko bisnis yang terkait dengan perubahan iklim. Disamping itu carbon footprint product meningkatkan reputasi perusahaan dengan menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan, yang sangat penting dalam mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen. Ketiga, memenuhi regulasi lingkungan yang berlaku, seperti peraturan mengenai emisi gas rumah kaca, untuk menghindari sanksi dan menjaga integritas bisnis. Terakhir, membuka peluang pasar baru dengan menarik konsumen yang peduli terhadap lingkungan, sehingga meningkatkan daya saing dan potensi penjualan. Dengan demikian, konsultan karbon menjadi sangat penting dalam mengoptimalkan operasi industri margarin secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan..
Proses Penyusunan Carbon Footprint Product
Proses penyusunan carbon footprint produk merupakan langkah penting dalam mengukur dan mengurangi dampak lingkungan dari suatu produk. Dalam proses ini melibatkan beberapa tahapan salah satunya adalah melakukan Life Cycle Assessment (LCA) atau Penilaian Daur Hidup. LCA melibatkan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua tahapan dalam siklus hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku hingga akhir masa pakainya. Tahapan analisis LCA harus dimulai dengan menentukan tujuan dan ruang lingkup dari penilaian tersebut, yang membantu untuk memahami batasan serta target yang ingin dicapai. Selanjutnya, dilakukan inventarisasi data, di mana semua data terkait bahan baku, energi yang digunakan dan emisi yang dihasilkan. Tahapan berikutnya setelah data dikumpulkan, harus dilakukan perhitungan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh produk tersebut. Klik disini untuk mendapatkan bantuan dari Actia.