5 Strategi Mitigasi dan Adaptasi Kenaikan Muka Air Laut di Indonesia

Mitigasi dan adaptasi yang telah kita bahas pada artikel sebelumnya terkait dengan peningkatan cuaca ekstrem dan krisis air. Kini, mari kita telaah lebih dalam mengenai salah satu dampak perubahan iklim yang paling mengancam bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, yaitu kenaikan muka air laut.

Proyeksi kenaikan muka air laut hingga tahun 2100 menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Meskipun secara nasional kenaikannya diprediksi berada pada level moderat, namun potensi kenaikan hingga 1-5 meter akan berdampak signifikan bagi Indonesia. Studi terbaru dari Climate Central memprediksi bahwa sebagian besar wilayah pesisir di Indonesia akan terkena dampak kenaikan muka air laut, termasuk kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang.

Aksi Nyata Mitigasi dan Adaptasi Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan Muka Air Laut

Dampaknya? Bukan hanya pemukiman dan infrastruktur terancam, risiko banjir rob, abrasi, dan intrusi air laut juga meningkat. Aktivitas ekonomi seperti perikanan dan pariwisata terganggu. Lebih dari itu, kenaikan muka air laut dapat mengurangi luas wilayah Indonesia dan mengancam kedaulatan negara.

Komitmen Indonesia dalam Paris Agreement

Menyadari urgensi permasalahan perubahan iklim, Indonesia telah aktif berpartisipasi dalam forum internasional, termasuk Conference of the Parties (COP) yang telah digagas sejak tahun 1992. Dalam Paris Agreement yang disepakati pada tahun 2015, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui Nationally Determined Contribution (NDC). NDC merupakan dokumen yang berisi target dan rencana aksi setiap negara dalam mengurangi emisi dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.

Indonesia telah menyampaikan NDC pertamanya pada tahun 2016 dan memperbaruinya pada tahun 2022. Target Indonesia dalam NDC terbaru adalah menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% dengan upaya sendiri dan 43,20% dengan bantuan internasional pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia telah menyusun berbagai kebijakan dan program di berbagai sektor, seperti energi, kehutanan, dan pertanian.

RPJMN 2020-2024: Lingkungan Hidup Berkelanjutan dan Ketahanan Bencana

Isu lingkungan hidup berkelanjutan dan ketahanan bencana menjadi salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Tujuh agenda pembangunan dalam RPJMN mencakup isu lingkungan hidup, ketahanan bencana, dan perubahan iklim. Penurunan emisi gas rumah kaca merupakan salah satu sasaran makro yang menjadi program prioritas pemerintah.

Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan untuk mencapai target dalam RPJMN, termasuk penerapan kebijakan baru, rehabilitasi dan pemulihan lingkungan, serta peningkatan kapasitas masyarakat. Namun, pencapaian target tersebut masih mengalami berbagai tantangan, terutama dalam hal rehabilitasi lingkungan dan pengendalian emisi gas rumah kaca.

Aksi Nyata Mitigasi dan Adaptasi Kenaikan Muka Air Laut

Untuk mencegah tenggelamnya Nusantara akibat kenaikan muka air laut, diperlukan aksi nyata mitigasi dan adaptasi yang terpadu dan berkelanjutan. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain:

Mitigasi: Mengurangi emisi gas rumah kaca melalui transisi energi ke sumber energi terbarukan, pengendalian deforestasi, dan penerapan teknologi ramah lingkungan.

Adaptasi: Membangun infrastruktur pesisir yang tahan terhadap kenaikan muka air laut, seperti tanggul laut, polder, dan bangunan tahan banjir. Melakukan relokasi pemukiman di wilayah rawan bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana pesisir.

Konservasi dan Rehabilitasi: Melakukan konservasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir, seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, untuk melindungi garis pantai dari abrasi dan meningkatkan ketahanan pesisir terhadap kenaikan muka air laut.

Penelitian dan Pengembangan: Meningkatkan penelitian dan pengembangan terkait dengan dampak perubahan iklim dan teknologi adaptasi kenaikan muka air laut.

Kerjasama Internasional: Memperkuat kerjasama internasional dalam hal mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk dalam hal transfer teknologi dan pendanaan.

Menuju Indonesia Tangguh Hadapi Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan tantangan global yang memerlukan aksi nyata dari seluruh negara. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, harus terus meningkatkan upaya mitigasi dan adaptasi guna mewujudkan ketahanan nasional dan menjamin masa depan yang berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, masyarakat, dan akademisi sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan membangun Indonesia yang lebih tangguh.

PT ACTIA BERSAMA SEJAHTERA

Office 1 – Lantai 18, Office 8 – Senopati Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Office 2 – Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

 

Hubungi Kami

PT Actia Bersama Sejahtera – Support oleh Dokter Website